Langsung ke konten utama

Pameran Teladan Bung Hatta ; Pesan Kesederhanaan dari Bapak Bangsa


Yayasan Hatta berkolaborasi dengan sejumlah organisasi untuk menggelar pameran bertajuk Teladan Bung Hatta di TPU Tanah Kusir, Jakarta, pada 14–17 Maret lalu. Pameran dalam skala lebih besar akan digelar Agustus mendatang.

PAMERAN Bung Hatta digelar dengan konsep amat sederhana. Bertempat di pendopo berukuran 3 x 9 meter, dengan perwajahannya yang tidak lebih dari 30 karya dokumentasi yang ditampilkan. Meski terkesan kecil, jejak-jejak itu tetap mampu menggambarkan betapa besar sosok pejuang kemerdekaan yang juga wakil presiden pertama RI itu.

Pameran dikuratori oleh sejarawan muda Erwien Kusuma. Erwien mendesain pameran dengan menampilkan foto, pemberitaan media, hingga percakapan komik-komik pendek tentang sosoknya. Konten yang dipilih hanya sebagian kecil dari banyaknya dokumentasi terkait Bung Hatta.

Di rumahnya, kata Erwien, ada ratusan bahkan ribuan foto dan dokumentasi lainnya. Namun, karena usia yang sudah lama, pengambil barang butuh kehati-hatian ekstra mengingat kondisinya yang rapuh. ’’Kita bikin sederhana karena keterbatasan,’’ ujar Erwien.

Apalagi, kondisi tempat pameran di TPU itu semi-outdoor dan berlangsung di musim hujan. Rencananya, Agustus nanti, pameran akan dipersiapkan jauh lebih besar. ’’Di bulan Bung Hatta itu bisa buat pameran yang lebih proper,’’ tutur Erwien.

Semua karya dalam pameran itu bisa disebut terbagi dalam enam klaster. Yakni, klaster keteladanan Hatta, sikap antikorupsi, karakter tidak mencampuradukkan keluarga dan jabatan, kesederhanaan, pewaris ilmu, serta kisah pemugaran makamnya.

Di setiap klaster, Erwien menampilkan dokumentasi yang relevan. Dalam klaster sikap antikorupsi, misalnya, ditampilkan komik percakapan antara Hatta dan Gemala, anaknya yang sekolah di Australia. Suatu ketika, Gemala menulis selembar surat dengan menggunakan kop konsulat jenderal. Dalam surat balasan, Hatta menegur anaknya agar tidak memakai fasilitas negara untuk urusan pribadi, meski hanya selembar surat.

Dalam klaster lain, Erwien juga menampilkan kisah-kisah serupa. Dalam karakter tidak mencampuradukkan keluarga dan jabatan pun ditampilkan pembicaraan Hatta dengan sang istri, Rahmi. Dalam komik itu, Rahmi mempertanyakan kebijakan Hatta memotong nilai mata uang pada 19 Maret 1950 tanpa pernah bercerita. Padahal, kebijakan itu membuat tabungan Rahmi untuk membeli mesin jahit hilang separo secara nilai.

Lalu, di klaster kesederhanaan, Erwien menampilkan foto ikonik Bung Hatta yang tengah makan bersama keluarga dan kerabat. Namun bukan restoran atau rumah makan mewah, melainkan lesehan di tempat yang sederhana.

Selain sifat keteladanan, Erwien juga menampilkan sosok Hatta dalam potret sebagai sosok ayah. Misalnya, pada foto keluarga bersama istri Rahmi dan tiga anak perempuannya yang kala itu masih anak-anak. Yakni, Meutia Hatta, Gemala Hatta, dan Halida Hatta.

Ada juga foto saat Hatta beraktivitas di perpustakaan pribadinya. Itu menjadi simbol warisan Hatta untuk ketiga anaknya. Sebab, sejak masih hidup, Hatta telah mendeklarasikan untuk tidak mewariskan harta, melainkan ilmu.

Putri sulung Bung Hatta, Meutia Hatta, mengatakan bahwa pameran itu digelar untuk mengenang sang ayah. Dia menilai keteladanan Hatta perlu untuk selalu diingat. Apalagi, saat ini bangsa Indonesia tengah menjalani momentum pesta demokrasi. ’’Anak-anak muda perlu juga panutan teladan,’’ ujar Meutia.

Sementara itu, Halida Hatta menceritakan alasan lokasi pameran. TPU Tanah Kusir merupakan tempat spesial. Dengan kiprahnya, Hatta sangat layak untuk disemayamkan di Taman Makam Pahlawan. Namun, dalam wasiatnya, Hatta ingin dimakamkan di tengah-tengah rakyat biasa. (far/c18/dra)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً ...

Musikalisasi Lutung kasarung :Dikemas Modern, Relevan dengan Generasi Kekinian

  Musikalisasi Lutung Kasarung membuktikan bahwa sentuhan modernisasi dapat membuat cerita rakyat tetap relevan dan dinikmati lintas generasi. LUTUNG Kasarung adalah satu dari sekian kisah klasik yang kerap ditampilkan dalam pentas musikal. Namun, kolaborasi Indonesia Kaya-EKI Dance Company memiliki perspektif yang lebih modern. Musikalisasi Lutung Kasarung yang dipentaskan di Galeri Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta itu menyuguhkan kisah legendaris dengan sentuhan lebih segar. Konsepnya dapat memikat generasi muda tanpa meninggalkan akar budaya dan pesan moral. Mengambil latar Kerajaan Pasir Batang, pertunjukan itu mengisahkan seekor monyet ajaib yang menolong Putri Purbasari. Alur klasik itu berkelindan dengan properti canggih di panggung. Salah satunya kehadiran layar LED yang membangun nuansa hutan rimbun, istana, dan dinamika suasana lewat teknologi proyeksi visual. Musik pun begitu. Bebunyian khas Sunda dan musik lain berpadu harmonis dengan irama elektronik serta o...