Langsung ke konten utama

African Cichlid, si Cantik yang Mengenali Pemiliknya



Bukan sekadar ikan hias biasa, African cichlid dikenal sebagai ikan yang cerdas, bahkan mampu mengenali pemiliknya. Karakter itulah yang membuat African cichlid tengah menjadi tren.

Salah satu daya tarik African cichlid (siklid) adalah warnanya yang beragam. Di dalam satu keluarga, ada yang berkelir kuning, merah, dan biru. Beberapa bahkan memiliki kombinasi dua warna.

’’Aneka warna itulah yang membikin mereka sangat menarik di mata pencinta ikan,’’ kata pemilik Jakarta Cichlid Nauval Helmy kepada Jawa Pos pekan lalu.

Selain warna, karakter African cichlid begitu unik. Dia mengungkapkan, ikan yang masuk famili Cichlidae tersebut bisa mengenali pemiliknya. Kalau kita rutin memberi makan, lama-kelamaan mereka tahu siapa yang sering mengurus. ’’Jadi, setiap pulang kerja, misalnya, kita disambut sama mereka dengan menempel kaca akuarium,’’ ujarnya.

Nauval bercerita, ikan-ikan tersebut mengumpul di kaca saat pemiliknya mendekat. Seperti antre minta makan. ’’Tetapi, kalau yang datang bukan pemiliknya, responsnya berbeda,’’ katanya.

African cichlid, tampaknya, cukup selektif dalam bersikap. Hal itu menunjukkan kecerdasannya dalam mengenali orang-orang yang sering mereka lihat. Kepada orang yang baru pertama melihat, mereka cenderung cuek. Tidak langsung akrab dengan orang baru. Mereka hanya akan menyambut anggota keluarga yang sering tampak di rumah.

African cichlid berasal dari danau di Afrika, terutama Danau Malawi. Jenis-jenis dari danau itu lebih umum ada di Indonesia. Termasuk aulonocara OB peacock, aulonocara dragon blood, dan nimbochromis venustus. Di antara banyak jenis cichlid, beberapa yang populer di Indonesia adalah red lash, aulonocara albino, serta aulonocara red flush.

Menurut Nauval, perawatan African cichlid tidaklah sulit, terutama bagi yang sudah terbiasa memelihara ikan. Kunci utama merawat ikan tersebut adalah menjaga filtrasi. Sebab, ikan-ikan itu cenderung sering makan sehingga fesesnya juga banyak.

Meski berasal dari Afrika, cichlid ternyata cukup mudah beradaptasi dengan air di Indonesia. Apalagi, sekarang sudah banyak yang menangkarkan sehingga adaptasinya lebih mudah. ’’Yang penting, pH (keasaman) air harus sekitar 7. Jika pH di bawah itu, tambahkan garam atau karang laut untuk menstabilkan kualitas air,’’ jelasnya.

African cichlid memakan berbagai jenis makanan. Namun agar warnanya tetap cerah, mereka membutuhkan pelet khusus warna. Termasuk yang diproduksi Nauval untuk kebutuhan ikan-ikan. Pelet tersebut diformulasikan khusus untuk menjaga warna yang merupakan daya tarik utama cichlid.

Cichlid senang hidup berkelompok. Lantaran itulah, Nauval menyarankan untuk memeliharanya banyak dalam satu akuarium. ’’Minimal akuarium ukuran 1 meter bisa diisi 30 ekor,’’ ungkapnya. Kalau cuma 2–3 ekor, dia menambahkan, mereka justru berpotensi berantem karena sifat teritorialnya sangat kuat. Dalam jumlah banyak, ikan-ikan tersebut lebih harmonis dan nyaman.

Harga African cichlid sangat bervariasi. Mulai yang murah Rp 5 ribu hingga jutaan rupiah. Banderol itu bergantung pada jenis dan kualitasnya. Makin unik atau warnanya kuat, harganya makin mahal. Faktor lain adalah kontestasi. Salah satu varian yang bisa mahal adalah aulonocara dragon blood, terutama jika sudah juara kontes.

Nauval memastikan pasar African cichlid masih cukup besar. Selain di Indonesia, dia bisa menembus pasar ekspor seperti Thailand, Brunei, dan Amerika Serikat. (far/c6/dri)


Jawa Pos, 17 November 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً ...

Musikalisasi Lutung kasarung :Dikemas Modern, Relevan dengan Generasi Kekinian

  Musikalisasi Lutung Kasarung membuktikan bahwa sentuhan modernisasi dapat membuat cerita rakyat tetap relevan dan dinikmati lintas generasi. LUTUNG Kasarung adalah satu dari sekian kisah klasik yang kerap ditampilkan dalam pentas musikal. Namun, kolaborasi Indonesia Kaya-EKI Dance Company memiliki perspektif yang lebih modern. Musikalisasi Lutung Kasarung yang dipentaskan di Galeri Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta itu menyuguhkan kisah legendaris dengan sentuhan lebih segar. Konsepnya dapat memikat generasi muda tanpa meninggalkan akar budaya dan pesan moral. Mengambil latar Kerajaan Pasir Batang, pertunjukan itu mengisahkan seekor monyet ajaib yang menolong Putri Purbasari. Alur klasik itu berkelindan dengan properti canggih di panggung. Salah satunya kehadiran layar LED yang membangun nuansa hutan rimbun, istana, dan dinamika suasana lewat teknologi proyeksi visual. Musik pun begitu. Bebunyian khas Sunda dan musik lain berpadu harmonis dengan irama elektronik serta o...