Prihatin, Orang Utan
Dianggap Hama yang Harus Dibunuh
Bukan hanya aliran musik dan profesi, band Everybody juga menyatukan misi setiap personelnya. Yakni kampanye menyelamatkan spesies orang utan dari kepunahan. Mereka bergerak indie.
FOLLY AKBAR, Jakarta
---
Sayangi mereka...
Lindungi mereka...
Jadikan temen untuk kita...
Karena mereka
Juga ciptaan ciptaan Tuhan...
Ooo...ooooooooooooo
Hey orang utan
Bait-bait itu tidak hanya menciptakan nada yang enak didengar. Potongan lirik lagu berjudul Hey Orang Utan tersebut juga bisa memberi makna lain. Di dalamnya ada seruan, ada semangat, dan kampanye untuk menyelamatkan salah satu spesies hewan asli Indonesia, orang utan.
Lagu itu dibawakan dengan apik oleh band Everybody, kelompok musik indie Jakarta yang sudah enam tahun mengampanyekan gerakan save orang utan. Dalam setiap penampilannya, Everybody selalu mengajak dan memprovokasi masyarakat untuk ikut menjaga "kera besar" tersebut dari kepunahan. "Karena kami musisi, maka cara kami berbuat aksi untuk peduli pada masalah sosial dan lingkungan ya lewat musik," ujar Andrie Nobon, sang vokalis, saat ditemui di base camp Everybody di kawasan Pluit, Palmerah, Jakarta, Senin pekan lalu (26/12).
Mereka beraksi sejak band itu lahir pada 2011. Setiap personel band tersebut punya misi yang sama, yakni berkampanye untuk menyelamatkan populasi orang utan yang semakin habis. Nobon menceritakan, aktivitas tidak lumrah di kalangan musisi itu berawal dari kenangannya jatuh cinta pada binatang berlengan panjang tersebut.
Saat masih kuliah, Nobon memiliki teman yang kebetulan memelihara orang utan. Dari situlah dia jadi akrab dengan kehidupan orang utan. "Orang utan mau diajari apa saja bisa. Tingkahnya selalu menggemaskan," kenangnya.
Namun, kondisi berkebalikan justru terjadi di habitat aslinya, di hutan. Banyak orang yang tidak memperlakukan "nenek moyang"-nya itu dengan baik. Aksi perburuan hingga pembantaian orang utan dilakukan perusahaan-perusahaan perkebunan untuk membuka lahan baru. Juga para pemburu yang memanfaatkan bulu dan daging orang utan untuk komoditas bisnis.
"Kondisinya sangat mengenaskan. Orang utan itu dianggap sebagai hama perkebunan sehingga harus diburu dan dibunuh," ungkap pria bertubuh gempal tersebut. "Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi terus-menerus. Karena itu, kita harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka," sambungnya.
Sadar tak bisa berbuat sendiri, Nobon mulai bergerilya mencari teman yang punya misi sama. Dia pun memanfaatkan jaringan di belantika musik Indonesia. Kebetulan, Nobon pernah terlibat di manajemen band Souljah.
Gayung bersambut. Tidak perlu waktu lama, Nobon mampu memperoleh enam personel yang sepakat dengan misi band tersebut. Mereka adalah Angga (gitar), Fefa Purnomo (bas), Ahmad Fadli (trompet), Apis Cikal (trombone slide), Abdul Ghafur (saksofon), dan Dody Febrianto (drum).
Uniknya, bukan hanya aliran musik yang berbeda. Latar belakang profesi para personel band itu pun beragam. Ada yang penggiat event organizer, pegawai BUMN, guru musik, praktisi TI, loper koran, bahkan pengamen jalanan. "Meski dari latar belakang bermusik yang berbeda, kami sepakat untuk bermusik dengan genre ska. Kebetulan, rata-rata kami suka Jamaican music," terangnya.
Menurut Fadli, ajakan untuk bergabung dengan Everybody sangat menyenangkan. Apalagi, band tersebut punya misi mulia. "Saya ikut prihatin dengan kondisi orang utan yang terus diusik kehidupannya," ujar dia.
Yang paling membuat Fadli trenyuh adalah masifnya dukungan internasional terhadap kampanye pelestarian orang utan itu. "Ini ironi. Orang utan yang asli Indonesia justru dibela kalangan internasional. Sebaliknya, orang kita malah membantainya," cetus pria yang sehari-hari berjualan koran tersebut.
Untuk menggaungkan misi #SaveOrangUtan, Everybody tidak hanya berkampanye lewat panggung ke panggung. Mereka juga menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga atau organisasi yang punya tujuan sama. Di antaranya dengan orangutan.org dan komunitas pencinta binatang.
Bahkan, bukan hanya organisasi yang berkaitan dengan dunia satwa, belakangan komunitas-komunitas lain juga memberikan dukungan kepada Everybody. Misalnya komunitas sepeda BMX Jakarta, Jakarta Ska Foundation, sampai komunitas remaja di banyak sekolah di Jakarta.
Sebagai bentuk kontribusi, biasanya Everybody hadir menghibur di acara yang dibuat komunitas-komunitas itu. "Kami manggung sambil berkampanye soal pentingnya menjaga kelestarian orang utan," kata Nobon.
Di setiap konser, masyarakat antusias mendukung kampanye Everybody. Tidak sedikit yang merespons dan siap membantu Everybody dalam setiap kampanyenya. "Bentuknya antara lain dengan men-share di social media mereka," katanya.
Tak pelak, upaya yang dilakukan Everybody mulai menarik simpati musisi Indonesia lainnya. Salah satunya band Shaggydog yang kerap menggandeng Nobon cs untuk meramaikan konsernya. "Sama Shaggydog kami diminta ikut terus. Saat mereka launching album, kami juga diajak manggung," jelas Fadli.
Meski sudah berupaya banyak, Fadli sadar semua jerih payah tersebut tidak memberikan jaminan selesainya persoalan orang utan. Namun, dia meyakini, sekecil apa pun aksi itu, selalu ada manfaat yang bisa diambil. "Minimal orang jadi tahu bahwa ada masalah terkait orang utan," ucapnya.
Tak ingin selesai begitu saja, proyek lain tengah dipersiapkan Everybody. Tidak hanya terkait pelestarian orang utan, ke depan kampanye mereka juga menyangkut pelestarian satwa-satwa langka lainnya melalui musik. "Sudah ada materi kampanye untuk gajah, kasuari, dan badak Ujung Kulon. Mudah-mudahan pemerintah tidak tinggal diam saja," tutur Nobon. (*/c9/ari)
(Tulisan ini terbit di Jawa Pos edisi 03 Januari 2017)
Comments