Gatot Pujiarto menempuh jalan lain dalam menuangkan gagasan di
atas kanvas. Dia menggunakan model seni Tapestri dalam menciptakan dimensi dan
tekstur pada karyanya.
PADA umumnya,
kanvas dipadukan dengan cat dalam karya seni rupa lukisan. Namun, seniman asal
Malang Gatot Pujiarto asyik bereksplorasi dengan model seni Tapestri dalam
beberapa tahun terakhir. Pendekatan visual itu memungkinkan Gatot menyatukan
elemen-elemen tekstil pada sebuah karya lukis.
Karya-karya Tapestri Gatot tersebut tengah disuguhkan Jagad
Gallery Jakarta dalam pameran bertajuk Stitching Gesture: Gatot Pujiarto’s
Expanded Painting. Pameran itu dibuka hingga 23 Maret 2025. Di situ, setidaknya
ada dua karya Tapestri dan belasan karya expanded painting.
Dua sajian Tapestri ada pada karya berjudul Mimpi dan Berburu
Emas. Karya Mimpi yang paling menonjol karena berukuran paling bebas. Mimpi
terbentang di sebuah kanvas tanpa bingkai. Di dalamnya terdapat jahitan benang
dan kain perca dengan gambar-gambar acak dan warna kontras saling bertubrukan.
Gambar itu antara gambar manusia, hewan, pohon, hingga burung
dengan corak lukisan arkaik. ”And it’s sebenarnya ya perspektifnya visitor lah
ya untuk melihatkan mimpi apa aja yang ada di kanvasnya si Mas Gatot,” kata
Jewel Djoenaedi, pengelola Jagad Gallery kepada Jawa Pos Rabu (12/3) lalu.
Sedangkan expanded painting merupakan teknik perluasan dari
material tapestri. Yakni, lilitan kain kanvas, perca, benang, dan jahitan
tangan berkelindan dengan cat di atas kanvas. Sapuan kuas berkoeksistensi
dengan jahitan benang menciptakan idiom visual yang khas.
Di antaranya terlihat dari karya berjudul Buraq dan Sang
Pencerah. Buraq divisualkan Gatot semacam kuda berwarna yang mengilustrasikan
kendaraan Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra Mi’raj. Sedangkan Sang Pencerah
terinspirasi dari figur Kiai Haji Ahmad Dahlan. Pendiri Muhammadiyah dan
pembaharu Islam itu dianggap memberi penerangan kepada lingkungan di
sekitarnya.
Jewel menjelaskan, usaha Jagad Gallery menggelar karya Gatot
sudah berlangsung sejak 2023. Dia menilai sosoknya jarang dibicarakan. Padahal
karya Gatot banyak dikoleksi kolektor dari berbagai negara di Asia dan Eropa.
Karya Gatot juga pernah dipamerkan di Spring Summer Valentino Fashion Show di
Milan, Italia.
Menata
Sosok Gatot di Kanvas Publik
Kurator Asmudjo J. Irianto menambahkan, belum banyak publik seni
Indonesia yang tahu Gatot Pujiarto adalah seniman tapestri. Sebab, Tapestri
memang bukan medium populer dalam seni rupa kontemporer Indonesia.
Penggunaan benang dan kain dengan pendekatan tapestri, menurut
Asmudjo untuk mempersoalkan hierarki medium dalam seni rupa modern. Selain itu,
juga sebagai pemanfaatan material sisa (waste) menjadi karya seni (upcycle)
yang sekaligus merepresentasikan persoalan ekologis.
Tapestri dalam seni rupa kontemporer memang memiliki rute
berbeda dengan seni lukis dan berbagai medium umum seperti instalasi,
performance, happening art, fotografi, seni media baru/digital, dan lainnya.
Namun, seni rupa kontemporer dengan prinsip keragaman pada hakikatnya dapat
menerima segala macam medium. Meski penggunaan benang kerap dianggap sebagai
”kelas dua.” (far/kkn)
Terbit di Jawa Pos 15 Maret 2025
Komentar