Langsung ke konten utama

Saatnya Rektor Menjadi Oposisi Pemerintah

Sebagai anak bangsa, sudah semestinya menginginkan yang terbaik untuk bangsanya, tak terkecuali para rektor. Meskipun rektor identik dengan akademisi, tapi bukan berarti mereka dilarang berbicara politik atau mengkritik pemerintahan. Atas dasar itulah, dibentuknya Forum Rektor Indonesia(FRI) pada 7 November 2011 atau beberapa bulan pasca reformasi, yang tentunya semakin meramaikan panasnya demokrasi di Indonesia.
Pada nyatanya banyak pihak yang tidak suka dengan turut campurnya rektor ke dunia politik. Adanya UU Sisdiknas 2009 yang menyebutkan secara struktural rektor berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang secara otomatis di bawah Presiden, memaksa rektor harus sejalan dengan pemerintah. Tapi jika melihat kondisi genting bangsa yang sudah sangat menkhawatirkan, apa salahnya sedikit nakal demi kebaikan, toh apa salahnya mengingatkan yang salah? Ibarat cerita legenda, sudah saatnya semua pendekar turun gunung dalam situasi darurat.
Mengingat aturan yang ada, syarat menduduki jabatan rektor adalah mempunyai gelar profesor. Terlepas dari kondisi struktural yang menguncinya, dan identitasnya sebagai akademisi, kita semua tahu sejauh mana tingkat intelektualnya. Kritik dan saran kaum intelektual jelas kita butuhkan untuk memperbaiki bangsa ini. Jika akademisi sekelas mahasiswa saja turut serta dalam mengawal pemerintahan, tampaknya tidak ada alasan bagi akademisi sekelas rektor untuk tidak berpartisipasi?
Selain itu, sikap rektor yang notabenya independen tentu menjadi nilai positif tersendiri. Ditengah maraknya kebijakan pemerintah yang tidak pernah lepas dari kepentingan golonganya, pandangan objektif dari tokoh independen tentu diharapkan mampu mengontrol jalanya pemerintahan. Jadi sudah saatnya FRI menjawab pihak-pihak yang menyesalkan eksistensi FRI dengan menawarkan solusi atas semua masalah bangsa bahkan turut menyelesaikanya jika mampu.
Banyak hal positif yang bisa didapatkan dengan keikutsertaan para rektor dalam kehidupan politik dan kebangsaan. Kita tahu setiap rektor memiliki kewenangan besar dalam mengarahkan pendidikan khususnya di universitas yang dinaunginya. Dengan mengetahui kekuranagan dan kecacatan pemerintah, tentunya rektor dapat menentukan kebijakan yang tepat bagi mahasiswanya. Kebijakan yang kiranya mampu mencetak mahasiswa-mahasiswa yang dapat menutupi kekurangan dan kecacatan yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia. Karena mahasiswalah yang akan memegang kendali kemana arah bangsa kedepanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً ...

Musikalisasi Lutung kasarung :Dikemas Modern, Relevan dengan Generasi Kekinian

  Musikalisasi Lutung Kasarung membuktikan bahwa sentuhan modernisasi dapat membuat cerita rakyat tetap relevan dan dinikmati lintas generasi. LUTUNG Kasarung adalah satu dari sekian kisah klasik yang kerap ditampilkan dalam pentas musikal. Namun, kolaborasi Indonesia Kaya-EKI Dance Company memiliki perspektif yang lebih modern. Musikalisasi Lutung Kasarung yang dipentaskan di Galeri Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta itu menyuguhkan kisah legendaris dengan sentuhan lebih segar. Konsepnya dapat memikat generasi muda tanpa meninggalkan akar budaya dan pesan moral. Mengambil latar Kerajaan Pasir Batang, pertunjukan itu mengisahkan seekor monyet ajaib yang menolong Putri Purbasari. Alur klasik itu berkelindan dengan properti canggih di panggung. Salah satunya kehadiran layar LED yang membangun nuansa hutan rimbun, istana, dan dinamika suasana lewat teknologi proyeksi visual. Musik pun begitu. Bebunyian khas Sunda dan musik lain berpadu harmonis dengan irama elektronik serta o...