OLEH : FOLLY AKBAR
Menginjak satu semester pelaksanaan perkuliahan yang di lakukan mahasiswa baru, keluh-kesah masih kerap terlontar dari mulut mereka. Diantara banyaknya faktor penyebabnya, mayoritas mereka yang mengeluh karena tidak masuk di universitas yang diharapkanya ketika SMA dulu.
Gagal kuliah di universitas yang di inginkan adalah hal perih yang tidak diharapkan setiap mahasiswa. Akan tetapi, ketika keadaan telah memaksanya untuk demikian, sulit rasanya untuk menampikan pil pahit tersebut. Dan pada akhirnya kuliah di universitas yang tidak di inginkan sama sekalipun harus dijalani “tak ada rotan, akarpun jadi”.
Penyebab kegagalan mahasiswa untuk masuk ke universitas yang di cita-citakan biasanya di sebabkan tiga hal berikut. Pertama, kegagalan yang disebabkan kemampuan akademiknya tidak memenuhi syarat masuk universitas tersebut, karena universitas favorit memang mematok kemampuan akademik yang tinggi. Kedua, gagal karena tidak mendapat izin dari keluarga ataupun kerabat, karena universitas favorit yang mayoritas ada di kota besar menjadi pertimbangan sendiri bagi orang tua di desa dalam menyekolahkan anaknya. Dan yang ketiga, kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan secara ekonomi. Dewasa ini biaya masuk universitas favorit semakin menjulang ditiap tahunya.
Dari ketiga faktor tersebut, penyebab yang ketiga adalah hal terpahit di bandingkan penyebab yang lainya. Bisa dibayangkan, betapa tragisnya ketika seorang siswa pintar yang secara kemampuan akademik mampu masuk ke universitas favorit yang di inginkannya harus mengurungkan diri akibat ketidakmampuan orang tuanya untuk membayar. Di sisi lain jumlah beasiswa yang terbatas, justru dinikmati kalangan yang sebetulnya masih mampu untuk membayar secara pribadi. Akankah dia merasakan keadilan?
Kita ketahui bersama, ditengah sulitnya ekonomi rakyat kecil, biaya masuk ke universitas-universitas favorit yang di impikan mayoritas mahasiswa biayanya begitu menjulang tinggi. Dan itu sulit dicapai oleh kaum menengah ke bawah yang orang tuanya serba pas-pasan.
Tentunya hal demikian bukanlah keadaan yang baik bagi mahasiswa. Secara psikologis, mengejar cita-cita di universtas yang tidak di inginkan tentu berbeda perasaan dan motivasinya. Tidak bisa kita tampikan, walau bagaimanapun keikhlasan dalam menjalankan sesuatu adalah hal yang penting. Tanpa keikhlasan pekerjaan mudah akan dianggap sulit dan hal paling menyenagkanpun akan dirasa membosakan. Jika hal ini tidak di antisipasi, masa depan seorang mahasiswa akan sangat terancam.
Untuk meminimalisir hal tersebut, banyak hal yang seharusnya dilakukan pemerintah. Antara lain, Pertama, menurunkan biaya masuk universitas khususnya PTN. Karena mayoritas anak Indonesia berada dalam garis keluarga yang ekonominya menengah kebawah. Kedua, meneliti secara lebih cermat terhadap distribusi beasiswa, sehingga beasiswa mampu diterima kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkanya. Karena realitas berbicara, masih banyak beasiswa yang jatuh ke orang yang secara kasat mata masih mampu bersekolah sendiri.
Comments