Agar Tidak Cuma Pasang Bohlam saat 17 Agustusan
Di bawah bimbingan Yayasan Kampung Halaman, remaja di berbagai pelosok Nusantara turut berkontribusi memberdayakan lingkungan dalam beragam bentuk. Ada yang mengajak warga memanfaatkan BPJS Kesehatan lewat pentas drama.
FOLLY AKBAR, Jogjakarta
---
HARI Minggu terakhir di tiap bulan selalu menjadi Ahad yang sibuk bagi Dewi Wahyuni
Sebab, begitu banyak yang harus dia siapkan untuk gelaran seni rutin bulanan pada Minggu pagi pekan lalu itu (29/5).
Untung, dia tak sendirian. Rekan-rekan remaja sebayanya yang tergabung dalam kelompok Gama 55 juga turun tangan. Dengan bergotong royong, anak-anak muda di Dusun Krapyak, Sleman, Jogjakarta, itu menyiapkan pentas yang antara lain diisi tari dan musik tersebut.
Panggung acara bertajuk Selamat Pagi itu sederhana, bahkan sangat alami. Berada di bawah rerimbunan bambu di tepi Sungai Kelanduan. "Pentas ini memang bagian dari sisi lain pemanfaatan Sungai Kelanduan," kata Dewi.
Gama 55 adalah satu di antara sekian banyak komunitas remaja yang berada di bawah bimbingan Yayasan Kampung Halaman (KH) Jogjakarta. Sebuah yayasan yang sejak 2006 konsisten melakukan pendampingan dan pemberdayaan para remaja.
"Remaja itu jumlahnya banyak. Tapi, belum ada yang menelateni," kata Dian Herdiany, pendiri KH, saat ditemui di kantor KH, Ngemplak, Sleman (31/5).
Bersama kawan sesama antropolog, Zamzam Fauzannafi, Dian ingin remaja diberi ruang bicara oleh masyarakat. Menyampaikan gagasan dan kegelisahannya atas persoalan yang ada di lingkungannya.
Nah, di Dusun Krapyak, yang masuk wilayah Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, medium menyuarakan kegelisahan tersebut adalah pentas seni di tepi Sungai Kelanduan tersebut. Bentuknya beragam, bisa pemutaran video, gambar-gambar, lukisan, hingga musik.
Namun, lebih dari itu, pergelaran seni tersebut juga menjadi cara para remaja untuk menemani para pedagang membuka lapak di kawasan itu. "Tanpa acara hiburan, tepi sungai ini mustahil untuk dikunjungi banyak orang," kata Dewi.
Lapak-lapak telah dibuka. Penonton terus berdatangan. Sebagian jajan makanan yang dijual para pedagang, sebagian lagi berkerumun di dekat panggung. Pentas sebentar lagi dimulai...
---
Langkah pertama Dian bersama Zamzam memberdayakan remaja dimulai setelah Jogjakarta dihajar gempa pada 2006. Mereka bertemu dengan beberapa remaja di daerah Karangploso, Bantul. "Anak-anak remaja di sana ingin mengawasi distribusi bantuan," kata Direktur Eksekutif Yayasan Kampung Halaman Rachma Safitri menimpali.
Dengan berbekal handycam, Dian dan Zam zam bersama remaja di Bantul sukses menjalankan proyek pertama tersebut. Hasil kerja mereka berbentuk video dokumenter distribusi bantuan.
Dari sana, langkah mereka kian mengayun. Hingga kini, tidak kurang dari 20 komunitas remaja di berbagai pelosok Nusantara berada di bawah bimbingan Yayasan KH. Misalnya yang ada di Wakatobi, Jambi, dan Indramayu.
Atas kegigihan mereka itu, KH pun diganjar berbagai penghargaan. Yang paling prestisius mereka terima pada 2011, yakni International Spotlight Award. Award itu diperoleh dari The National Arts and Humanities Youth Program Award, Gedung Putih, Amerika Serikat. KH dinilai sebagai lembaga yang berperan penting dalam memberikan kebebasan berpendapat bagi remaja.
Di berbagai pelosok Nusantara tempat mereka berkiprah, para relawan KH memang menjalankan misi yang sama, yakni mendampingi remaja. Tapi, pendampingan tak selalu berjalan mudah. Tantangan, baik dari internal maupun eksternal, tidaklah sedikit.
Dari internal remaja, para relawan kerap berbenturan dengan pemikiran remaja yang cenderung "mapan". Misalnya yang dialami Vuvut Zery Haryanto. Saat dia mencoba mengalihkan kebiasaan remaja yang ikut geng motor di Cirebon, resistansi yang ditemui cukup keras.
"Mas, ini untuk apa? Saya mau nongkrong saja di alun-alun. Atau yang perempuan sudah mentok pengin jadi TKI saja," kata Zery, menirukan alasan beberapa remaja bimbingannya.
Sementara dari sisi eksternal, hambatan terbesar justru datang dari otoritas setempat. Di Kuningan, misalnya, riset awal yang dilakukan remaja untuk memetakan potensi lingkungan kerap mendapat penolakan RT maupun RW.
"Ada RT yang menolak, katanya khawatir nanti datanya untuk Amerika dan sebagainya," imbuh pria berambut gondrong tersebut.
Selain itu, masih banyaknya orang tua yang menyepelekan suara-suara remaja juga masih menjadi hambatan. Nah, dari dua hambatan tersebut, yang paling disayangkan tentu hambatan eksternal.
Sebab, semestinya para orang tua memberikan kesempatan kepada remaja untuk berbicara dan mengimplementasikan ide-ide mereka untuk lingkungan. "Agar remaja tidak hanya dikasih tugas memasang bohlam saat 17 Agustusan," ujar Fitri, menambahkan.
Namun, semua tantangan itu tidak membuat semangat para relawan KH patah. Saat menghadapi para remaja dengan pola pikir mapan, contohnya, cara yang dilakukan adalah terus mengasuh. "Kami pancing dengan diskusi dan pertanyaan ringan yang membuatnya berpikir," imbuhnya. Lalu, untuk menghadapi pemangku otoritas yang berpikiran sempit, KH biasa membimbing remaja buat mencari jalan ke otoritas yang ada di atasnya.
"RT menolak, ya anak-anak lobi RW," kata perempuan berambut keriting itu.
Begitu semua tantangan berhasil diselesaikan, tahap berikutnya adalah mencari jalan untuk menyuarakan kegelisahan. Dari semua opsi, medium seni merupakan cara andalan.
Seni, menurut Dian, mempermudah remaja dalam menyampaikan pesan. "Tanpa harus terbebani dengan bahasa-bahasa yang sulit. Cukup bahasa mereka sendiri," imbuhnya.
---
Gama 55 sudah membuktikan sendiri efektivitas seni sebagai medium penyampai pesan. Saat mengajak warga Dusun Krapyak mendaftar BPJS Kesehatan, mereka menggelar pementasan drama. Inti ceritanya mengenai seorang ibu yang kesulitan membawa berobat anaknya yang sakit.
"Saat itu, tahun 2014, BPJS belum musim. Akhirnya, kami ajak warga ikut BPJS," kata Dian.
Sama halnya dengan kegiatan Selamat Pagi, upaya mengajak warga memanfaatkan BPJS Kesehatan tersebut tidak datang dari ruang hampa. Melainkan hasil riset kepada para warga dusun.
Dari hasil riset untuk pemetaan masalah dan potensi yang dimiliki Dusun Krapyak itu, para remaja menemukan fakta yang memprihatinkan. Di satu sisi, mayoritas warga dusun mengikuti arisan di berbagai tempat. Namun, di sisi lain, mereka selalu kesulitan biaya setiap ada anggota keluarga yang sakit.
Tanpa berlama-lama, rencana aksi disusun. Satu per satu warga didatangi dan diundang untuk mengikuti sosialisasi hasil riset. Tak lupa, pergelaran seni disiapkan sebagai medium untuk menyampaikan pesan secara verbal.
"Rencana sukses. Warga secara kolektif mendaftar BPJS," kenang Dian.
Siang beranjak, pentas di tepi Sungai Kelanduan itu terus bergulir. Penonton terus bertambah, lapak-lapak kian ramai dikunjungi. Bukti bahwa remaja bisa berkiprah dan bermanfaat untuk sesamanya kalau suara mereka didengar. (*/c11/ttg)
Comments
CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI (ASLI) BUKAN REKAYASAH!!!
TERIMA KASIH BANYAK MBAH SERO SUDAH 3 TAHUN SAYA MENDERITA DI MALAYSIA KERJAAN SAYA CUMA MENOMBAK KELAPA SAWIT PENDAPATAN TIDAK SEBERAPA SEDANKAN SEWAH KONTRAKAN RUMAH 700 RIBU PERBULAN TAPI SETELAH KAMI DAPAT NOMOR MBAH DI INTERNET KAMI COBA-COBA HUBUNGI LALU MINTA BANTUAN ANGKA GHOIB DAN ALHAMDULILLAH ANGKA YANG DIBERI MBAH SERO LANSUNG TOTO 6D BENAR-BENAR 100% TERBUKTI TEMBUS SEKALI LAGI TERIMA KASIH MBAH SERO RENCANA MAU PULANG KE INDO BUKA USAHA INI SEMUA BERKAT BANTUAN ANGKA GHOIB MBAH SERO BAGI ANDA YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA HUBUNGI MBAH SERO DI NOMOR 082 370 357 999 TERIMA KASIH..!!! INI KISAH NYATA DARI SAYA..