Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Lasiyo Syaifuddin, "Profesor" Pisang dari Bantul yang Bikin Penasaran Peneliti Asing

Nyesal Tak Bisa Bahasa Inggris saat Presentasi di Italia  Tidak hanya menyelamatkan spesies-spesies pisang lokal, ide Lasiyo membudidayakan pisang di dusunnya juga membawa kesejahteraan bagi warga. Kesuksesannya menemukan pupuk-pupuk nabati membuat peneliti dari berbagai negara kerap menemuinya. FOLLY AKBAR, Bantul  --- MEMASUKI Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, aura sejuk langsung terasa. Deretan pohon pisang yang berjejer rapi di halaman-halaman rumah warga membuat pemandangan di dusun tersebut jadi hijau. Ribuan pohon pisang yang tumbuh berdekatan itu membuat rumah-rumah warga terkesan nyempil di antara pohon bernama Latin Musa paradisiaca tersebut. "Rata-rata setiap KK (kepala keluarga) di sini punya seratus pohon pisang di halaman rumahnya," kata Lasiyo Syaifuddin saat ditemui Jawa Pos di rumahnya di Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Sabtu (5/11). Lasiyo, yang kini berusia 61 tahun, merupakan inisia

Perjuangan Relawan Traveling Berbagi Ilmu di Lereng Merapi

Bagi anak-anak di lereng Gunung Merapi, kursus bahasa Inggris menjadi barang mewah. Komunitas WAU membuat bahasa yang menjadi jendela dunia itu begitu dekat. Turis dari berbagai negara pun ikut serta dalam misi sosial tersebut. FOLLY AKBAR, Sleman --- YANG diinginkan Cahyani Putri Astuti akhirnya terwujud. Sejak lama remaja 12 tahun itu berharap bisa lebih banyak belajar untuk menguasai bahasa Inggris. Maklum saja, sekolah tempatnya menempuh pendidikan formal hanya memberikan materi seadanya. Itu pun dilakukan dengan metode formal, yang membuatnya tidak terlalu bersemangat. Tapi apa daya, keinginan mulia Cahyani untuk belajar lebih harus kandas dihadang tembok kehidupan. "Di sini tidak ada tempat kursus e, Mas," ujarnya dengan wajah malu-malu. Cahyani kini tinggal di hunian tetap (huntap) Gondang 3, Dusun Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Jogja. Rumah tempatnya berteduh hanya berjarak sekitar 8 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Bagi Cahyani dan ribuan ana

Kisah Tumiso, eks Tahanan Politik Pulau Buru yang menyelamatkan Karya-Karya Pramoedya.

Tumiso (paling kiri) saat masih di Pulau Buru Sengaja Pingsan agar Tidak dirazia Tentara           Anda suka, atau bahkan kagum dengan karya-karya Pramoedya Ananta Toer? Maka sudah selayaknya anda berterima kasih pada Tumiso. Tanpanya, anda dan dunia tak mungkin bisa menikmati karya-karya Pram di Pulau Buru yang amat luar biasa. Berikut kisahnya.             Oleh Folly Akbar, Jakarta             Dua Oktober 1979, adalah hari yang membahagiakan bagi Tumiso. Bersama para tahanan politik lainnya di Pulau Buru, dia dibebaskan. Kapal Gunung Jati yang biasa mengangkut jamaah haji, menjadi angkutan yang mengantarkannya kembali ke tanah Jawa. Setelah 10 tahun diasingkan. Jika teman-temannya membawa berbagai macam barang pribadinya, hal berbeda justru dilakukan Tumiso. Dia hanya membawa dua stel pakaian, dan satu botol kayu putih. Sisanya, karungnya hanya berisi buku-buku karya Pram! Mulai dari Tetralogi Buru ; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak langkah dan Rumah ka

Kebersahajaan Tirta Mandira Hudhi, Dokter Sekaligus Pebisnis Laundry Sepatu

Fokus Bisnis agar Jadi Dokter yang Nggak Mikir Uang Kebutuhan kuliah di kedokteran mendorong Tirta Mandira Hudhi berbisnis dan bisnis itu pula yang akhirnya membantunya bisa menjadi dokter. Berdayakan anak-anak lulusan SD dan SMP sebagai pekerja. FOLLY AKBAR, Jogjakarta --- YANG dicita-citakan Tirta Mandira Hudhi sejak kecil itu akhirnya tercapai pada hari pertama bulan ini. Dia resmi bertugas sebagai dokter di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi, terkabulnya cita-cita menjadi dokter itu tak lantas membuatnya pensiun dari dunia yang memungkinkannya menjadi dokter: bisnis laundry sepatu. "Saya tetap fokus di laundry sepatu supaya saat jadi dokter nggak mikir uang. Dokter kan kerjaan humanis," terang pria 25 tahun itu. Dua dunia tersebut memang berkelindan dalam diri Tirta. Barangkali anak muda kelahiran Solo itu satu-satunya dokter di Indonesia yang juga "tukang cuci sepatu" dan sebaliknya. Keduanya saling mendukung hingga tak mungki

Konsistensi Yayasan Kampung Halaman "Memberikan Suara" kepada Remaja

Agar Tidak Cuma Pasang Bohlam saat 17 Agustusan Di bawah bimbingan Yayasan Kampung Halaman, remaja di berbagai pelosok Nusantara turut berkontribusi memberdayakan lingkungan dalam beragam bentuk. Ada yang mengajak warga memanfaatkan BPJS Kesehatan lewat pentas drama. FOLLY AKBAR, Jogjakarta --- HARI Minggu terakhir di tiap bulan selalu menjadi Ahad yang sibuk bagi Dewi Wahyuni Sebab, begitu banyak yang harus dia siapkan untuk gelaran seni rutin bulanan pada Minggu pagi pekan lalu itu (29/5). Untung, dia tak sendirian. Rekan-rekan remaja sebayanya yang tergabung dalam kelompok Gama 55 juga turun tangan. Dengan bergotong royong, anak-anak muda di Dusun Krapyak, Sleman, Jogjakarta, itu menyiapkan pentas yang antara lain diisi tari dan musik tersebut. Panggung acara bertajuk Selamat Pagi itu sederhana, bahkan sangat alami. Berada di bawah rerimbunan bambu di tepi Sungai Kelanduan. "Pentas ini memang bagian dari sisi lain pemanfaatan Sungai Kelanduan," kata De

Mengungkap Kisah di Balik Sejarah: Jelang Peringatan 120 Tahun TanMalaka (edisi kedua)

Diskusi Tan Malaka. Giat Mendirikan Sekolah Rakyat  Para sejarawan mencatat Tan Malaka juga seorang aktivis pendidikan. Bagi dia, jalan menuju kemerdekaan Indonesia harus dibuka dengan mencerdaskan rakyat.  FOLLY AKBAR , Depok --- MESKIPUN  menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata, paparan Harry A. Poeze tentang sosok Tan Malaka tetap menarik disimak. Harry adalah doktor dari Universitas Amsterdam yang ''bersentuhan'' dengan Tan Malaka sejak 1972. Saat itu dia menulis skripsi tentang Tan Malaka di kampus yang sama.  Baca edisi pertama : Bisa Bersekolah di Belanda berkat Iuran Warga Sekampung Dari penelitian panjang dan ketertarikannya terhadap sosok Tan Malaka yang terus berlanjut sampai sekarang, Harry sampai pada satu kesimpulan. ''Dia sudah berpikir maju di zaman itu (era penjajahan, Red),'' ujar Harry saat diskusi Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik  di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas In

Mengungkap Kisah di Balik Sejarah: Jelang Peringatan 120 Tahun Tan Malaka (edisi pertama)

Diskusi Tan Malaka di Universitas Indonesia, Senin (16/5) Bisa Bersekolah di Belanda berkat Iuran Warga Sekampung  Jauh dari asumsi publik selama ini, Tan Malaka yang lahir di lingkungan agamis justru sangat dekat dengan ajaran agama. Bahkan, dia hafal Alquran. Keluarga hanya berharap perjuangannya untuk Indonesia yang merdeka diakui.   FOLLY AKBAR , Depok --- EMOSI  Zulfikar Kamarudin, keponakan Tan Malaka, mendadak tinggi. Matanya berkaca-kaca. Suaranya berat. Seperti menahan kepedihan yang dalam. Di usianya yang sudah menapak 60 tahun itu, dia tetap lantang menyuarakan keadilan bagi pamannya tersebut. ''Tan orang yang sangat nasionalis, memberikan sumbangsih besar bagi negeri ini. Tapi, seperti tidak dianggap,'' ujar Zulfikar, lantas disambut tepuk tangan peserta diskusi ''Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik'' di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, kemarin (16/5). Menurut di

Konsistensi Ari - Reda Menekuni Musikalisasi Puisi

Reda Gaudiamo dan Ari Malibu tampil di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (6/5) Remaja di Bentara Membuat Semangat Menyala Tak kurang dari 34 tahun sudah Ari-Reda mengemas bait-bait sajak dengan melodi yang mengalun. Antusiasme generasi baru yang turut menikmati karyanya membuat keduanya tetap bersemangat menekuni musikalisasi puisi.  FOLLY AKBAR, Jakarta --- Kubiarkan cahaya bintang memilikimu//Kubiarkan angin yang pucat dan tak habis-habisnya//Gelisah, tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu//Entah kapan kau bisa kutangkap Bait indah itu mengalun dalam Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat malam (6/5). Sapardi Djoko Damono, sang empu syair berjudul Nokturno itu, terlihat tenang di kursi terdepan. Mendengarkan karyanya dikemas sempurna oleh bekas mahasiswanya: Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. Menjadi alunan musik nan syahdu dalam musikalisasi puisi. Di sela-sela percakapan hangat bertajuk A Rare Conversation: Sapardi X Jokpin tersebut, Sapardi curhat mengenai &q

Kesaksian ABK Brahma 12 Selama 35 Hari Disandera Abu Sayyaf

10 ABK diserahterimakan oleh Menteri Luar Negeri Tak Panik karena Mengira Yang Datang Aparat Filipina  Para sandera dari Indonesia tak pernah mendapat perlakuan kasar. Mereka diberi makan secara teratur dan tidak dikurung. Terus berpindah tempat setiap tentara Filipina mendekat. Oleh FOLLY AKBAR --- SUBUH menjelang ketika sepuluh pria itu mendadak dibangunkan. Orang-orang bersenjata yang menjaga mereka meminta semua segera berjalan menuju dermaga. Sebuah kapal telah menunggu di sana. Sampailah mereka di sebuah pulau. Sepuluh orang yang merupakan kru kapal Brahma 12 asal Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf itu lalu diperintahkan untuk pindah ke sebuah truk bak terbuka. Truk berjalan dan tak ada seorang pun di antara sepuluh pria tersebut yang diberi tahu ke mana mereka akan dibawa. Juga akan diapakan.

Detik - Detik Menegangkan ABK Tugboat Henry yang Lolos Penyanderaan Abu Sayyaf

Tak Percaya Dibajak karena Merasa Sudah di Malaysia  Panik dan takut di bawah todongan senjata, para kru kapal Henry tak berdaya mencegah empat rekan mereka dibawa pembajak. Ada yang sampai kapok berlayar ke Filipina.    FOLLY AKBAR, Jakarta --- SENJA baru saja usai. Laut dan langit yang biru berubah menjadi hitam. Keheningan pun menyelimuti perairan Tawi-Tawi yang mempertemukan Filipina dengan Malaysia

Plasticology ala Made Bayak, Melahirkan Karya Seni Sekaligus Menyelamatkan Lingkungan

Made Bayak  Salah satu karya Bayak Wajah Hampir Tertimpuk Sampah Kian Perteguh Niat  Made Bayak tergerak untuk memanfaatkan limbah plastik karena ingin kreasi seninya bisa memberikan kontribusi nyata atas persoalan masyarakat. Perpindahan dari medium kanvas ke plastik menuntut dia berpikir terbalik dalam melahirkan karya.   FOLLY AKBAR ,   Gianyar --- MADE   Bayak masih mengingat benar cibiran itu. Karya lukisnya yang bermuatan kritik atas maraknya alih fungsi lahan di Bali dipandang dengan sebelah mata. Dinilai tidak akan membawa perubahan  

Melihat Kesederhanaan Para Pejabat Timor Leste

Jawa Pos saat berbincang dengan Menteri Sosial Timor Leste Di Sini Bupati Itu, aaah..., Orang Biasa Banyak pejabat di Timor Leste yang memilih hidup tanpa kawalan. Tiada pula protokoler ketat. Warga pun bebas menyampaikan keinginan secara langsung. Berikut laporan FOLLY AKBAR yang baru pulang dari sana. --- ACACIO Pinto, 28, seorang warga Dili, mendadak terbangun dari kursinya. Dia berjalan beberapa langkah. Lalu menjabat tangan perempuan paro baya. Di sekelilingnya, ratusan warga Dili lainnya tampak tenang. Setia menunggu antrean pengobatan gratis di KRI Soe­harso yang bersandar di Pelabuhan Dili, Timor Leste.

Belasan Tahun Berpisah, "Aroma" Indonesia Masih Kental Terasa di Timor Leste

Suasana salah satu warung Indonesia di Kota Dili Belajar Bahasa Indonesia dari Tayangan Televisi  Kata seorang WNI di Dili, yang bikin Timor Leste terasa bukan Indonesia hanya pelat nomor kendaraan. Berikut laporan wartawan  Jawa Pos  FOLLY AKBAR yang baru balik dari Dili. --- NAMANYA  Sandro. Ketika dia lahir sepuluh tahun silam, Timor Leste sudah bukan lagi bagian dari Indonesia. Praktis, bahasa Indonesia pun tak lagi diajarkan di sekolah-sekolah di sana. Tapi, Sandro tidak hanya bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Pertanyaan iseng  Jawa Pos  tentang karakter dalam sinetron populer  Ganteng-Ganteng Serigala  (GGS) pun bisa dijawabnya dengan lekas.

Kesibukan di "Garis Belakang" Pelayaran Misi Internasional KRI Soeharso

Seorang prajurit tengah memasak di dapur KRI Soeharso Dalam sehari, tim logistik KRI Soeharso harus menyediakan ribuan porsi makanan dan ratusan menu ekstra. Belanja bahan selama tiga hari sebelum keberangkatan ke Timor Leste.  FOLLY AKBAR, Dili  --- JARUM jam baru menunjuk pukul 03.30 Wita. Di luar, cahaya fajar belum lagi menyingsing. Begitu pula buih lautan yang dipecah laju KRI Soeharso-990 yang masih terlihat samar-samar.  Di dalam kapal yang tengah melakoni misi internasional bantuan medis ke Timor Leste itu, tanda-tanda kehidupan juga belum tampak. Tiap kamar yang tersebar di berbagai lantai masih memeluk erat penghuni masing-masing pada Rabu lalu itu (27/1).

Di Balik Dapur Dishidros, Lembaga Penyusun Peta Navigasi Resmi Indonesia

Salah satu aktivitas yang tengah dilakukan Tim Hidros TNI AL Perbarui Satu Titik Saja Butuh Waktu Berbulan - bulan  Untuk menyiasati anggaran, Dishidros memprioritaskan tempat dengan risiko navigasi tinggi. Saat menyisir laut untuk survei peta, kerap menemui hal-hal tak terduga. FOLLY AKBAR ,  Jakarta  --- DUA  pertiga teritori negeri ini berupa lautan. Tapi, bagi kapal-kapal bertonase besar, kawasan perairan Indonesia barangkali "tak seluas itu". Sebab, di bawah permukaan laut, ada banyak kabel dan pipa yang harus diperhitungkan se­belum melintas. Di sepanjang garis pantai Jakarta saja, misalnya, ada lebih dari 30 kabel dan pipa yang membentang. Diperlukan ketelitian agar ketika mengantre masuk Pelabuhan Tanjung Priok, para nakhoda tidak salah melego jangkar.