Skip to main content

Belasan Tahun Berpisah, "Aroma" Indonesia Masih Kental Terasa di Timor Leste


Suasana salah satu warung Indonesia di Kota Dili


Belajar Bahasa Indonesia dari Tayangan Televisi 

Kata seorang WNI di Dili, yang bikin Timor Leste terasa bukan Indonesia hanya pelat nomor kendaraan. Berikut laporan wartawan Jawa Pos FOLLY AKBAR yang baru balik dari Dili.

---

NAMANYA Sandro. Ketika dia lahir sepuluh tahun silam, Timor Leste sudah bukan lagi bagian dari Indonesia. Praktis, bahasa Indonesia pun tak lagi diajarkan di sekolah-sekolah di sana.

Tapi, Sandro tidak hanya bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Pertanyaan iseng Jawa Pos tentang karakter dalam sinetron populer Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) pun bisa dijawabnya dengan lekas.


"Sisi dan Nayla," jawabnya menyebutkan peran yang dimainkan Prilly Latuconsina dan Jessica Mila tersebut.

Begitulah, cukup beberapa hari saja berkeliling ke sejumlah sudut Dili, kita dengan gampang bisa menemukan betapa suasana khas Indonesia masih sangat kental terasa. Indonesia seolah mantan yang sangat sulit dilupakan.

Padahal, 17 tahun telah lewat sejak hasil referendum memperlihatkan kemenangan kubu pro kemerdekaan

Diikuti proses transisi di bawah PBB, eks provinsi ke-27 Indonesia itu pun akhirnya resmi menjadi negeri berdaulat penuh pada 20 Mei 2002.

Tapi, laju politik memang tak selalu bisa seiring dengan gerak budaya. Hampir seperempat abad menjadi bagian dari Indonesia menjadikan keseharian warga di sana masih sangat terpengaruh negeri yang kini menjadi jiran mereka itu.

Tayangan televisi, misalnya. Timor Leste memang sudah punya Radio Televisao Timor Leste (RTTL). Namun, stasiun TV milik pemerintah itu belum mampu menyita perhatian masyarakat setempat. Maklum, selain jam tayang yang hanya tiga jam per hari, program yang disiarkan TV yang menggunakan bahasa Tetun itu pun sebatas berita dan musik.

Jadilah tayangan semua kanal televisi nasional Indonesia jadi tontonan andalan di sana. Sandro yang ditemui Jawa Pos di Pelabuhan Dili itu pun mengaku belajar bahasa Indonesia yang sudah tak diajarkan di sekolah sejak sembilan tahun lalu secara otodidak dari tayangan televisi.

Sandro pun mengaku tak sendirian. Rekan-rekan sebayanya juga sama doyannya, yakni menonton GGS atauMahabharata yang telah di-dubbing ke bahasa Indonesia.

"Saya lebih bisa bahasa Indonesia ketimbang bahasa Portugis. Berhitung dengan bahasa Indonesia juga lebih mudah daripada berhitung dengan bahasa Portugis," kata Sandro.

Sejak merdeka, bahasa resmi di eks provinsi ke-27 Indonesia itu adalah Portugis dan Tetum. Dalam keseharian, warga setempat menggunakan bahasa Tetum. Memang tak ada data resmi. Tapi, sangat mungkin bahasa asing yang paling dikuasai mayoritas warga di sana adalah bahasa Indonesia.

Pantauan Jawa Pos, di hampir semua sudut Dili, warung makanan Indonesia bertebaran di bahu-bahu jalan. Ada nasi padang, nasi goreng, warteg, gado-gado, pempek, tempura, gorengan, dan berbagai menu khas Indonesia lain. Keberadaannya melengkapi toko-toko pakaian yang juga sebagian besar menjual produk Indonesia.

Bukan hanya itu. Minuman seperti es campur, es kelapa muda, hingga es dawet juga tampak memenuhi jalanan kota. Desain warung dan gerobaknya pun sama persis dengan yang biasa ditemukan di jalanan tanah air.

"Di sini, yang bikin berasa di luar negeri hanya pelat nomor kendaraannya, ya. Semuanya sama aja," kata Boediono, salah seorang warga negara Indonesia (WNI) yang menemani Jawa Pos berkeliling Dili.

Kendati Timor Leste menggunakan dolar sebagai alat tukar, rupiah masih bisa digunakan untuk bertransaksi. Meski, jatuhnya memang lebih mahal. Warga setempat menganggapnya sebagai ongkos pengganti menukarnya dengan dolar.

Merujuk data Kedutaan Besar RI (KBRI) di Dili, jumlah WNI yang menetap di Timor Leste lebih dari 6.000 orang. Itu jumlah warga asing terbanyak kedua di Timor Leste setelah Tiongkok. Selain berjualan, tak sedikit WNI yang bekerja sebagai buruh di berbagai proyek pembangunan.

"Yang membuat Timor Leste hingga saat ini masih seperti Indonesia adalah makanannya," celetuk salah seorang staf KBRI Dili yang menghadiri penyambutan misi layanan kesehatan internasional pertama KRI Soeharso pada awal bulan ini.

Ketika itu, tak hanya disambut lagi-lagu band legendaris Indonesia Koes Plus, rombongan yang berangkat dari Surabaya tersebut juga disuguhi beragam makanan yang jamak ditemukan di Indonesia. Mulai kue bolu beraneka macam, pisang goreng, hingga beberapa potong singkong dan ubi. Semuanya tersusun rapi di atas piring yang diletakkan di meja panjang berukuran sekitar 0,5 x 3 meter.

"Silakan dicoba snack-nya," ujar sang pembawa acara setempat, juga dalam bahasa Indonesia yang fasih.

Amito Konusere Araujo, warga Dili, mengatakan, saat suasana di Dili memanas pascare ferendum, warung-warung Indonesia memang sempat lenyap dari Dili. Namun, mulai bermunculan lagi pada 2004-2005, seiring mulai dekatnya kembali dua negara bertetangga tersebut.

Amito pun mengaku setiap pekan menyempatkan diri jajan di warung Indonesia. "Ya, seminggu dua kali," tuturnya. "Semua saya suka, asal ada sayurnya," imbuhnya kala ditanya menu Indonesia yang menjadi kesukaan.

Situasi sosial budaya Timor Leste yang masih kental Indonesia itulah yang membuat WNI di sana mudah beradaptasi. Muhammad Ikhwan yang berasal dari Kediri, Jawa Timur, misalnya, mengaku tidak menghadapi kesulitan yang berarti saat pertama mendarat.

"Bahasa tidak ada kendala. Makanan juga sama saja, sesuai lidah di Indonesia," kata pria yang bekerja di sebuah perusahaan pengaspalan jalan tersebut. (*/c10/ttg) 

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.