Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Ulus Pirmawan, Lulusan SD yang Terpilih sebagai Petani Teladan Asia-Pasifik

Revolusi pertanian ala Ulus Pirmawan diawali dengan menyeimbangkan kebutuhan pasar dengan jumlah produksi untuk tiap komoditas. Tiap pekan ada saja kelompok petani dari dalam dan luar negeri yang datang untuk belajar. FOLLY AKBAR, Bandung Barat   SENJA sudah menjelang. Tapi, aktivitas di tempat pengepakan hasil pertanian itu justru tengah sibuk-sibuknya. Tiga orang yang bertugas harus berkejaran dengan waktu. “Besok pagi sudah harus siap dikirim ke kota,” kata Ulus Pirmawan di tengah-tengah kesibukan tersebut. Jawa Pos harus menunggu sekitar sejam sebelum bisa bertemu sosok yang jadi motor kelompok tani di Kampung Gandok, Desa Sunten Jaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, tersebut. Maklum, tamunya pada Sabtu akhir Oktober lalu (28/10) itu mengalir. “Sejak dapat penghargaan, banyak tamu yang ke sini,” ujarnya dengan senyum merekah. Ulus memang bulan lalu dinobatkan sebagai petani teladan se-Asia-Pasifik oleh Food and Agriculture Organization (FAO) of The United

Mengunjungi Ujung Berung, Tiga Dekade Konsisten Memasok Band-band Beraliran Metal

Sejumlah personel band metal asal Ujung Berung Sikap berani lapar dengan tidak menghamba pada industri menjadi kunci band-band beraliran metal di Ujung Berung menjaga konsistensi. Hal itu juga memupuk fanatisme penggemar yang menjadi fondasi militansi. Folly Akbar, Bandung *) SAAT tiba di Ujung Berung Jumat (3/11), kesan "kawasan metal" yang dibayangkan tidak muncul. Meski melahirkan ratusan band metal yang tak lekang waktu, simbol metal seperti sosok berpenampilan garang yang berkeliaran, atau gambar-gambar "iblis" khas metal yang mestinya memenuhi ruang publik, justru sulit ditemui. Kalaupun ada kesan menonjolnya sebuah identitas, yang terpotret adalah kawasan pecinta Persib. Persis dengan kawasan lainnya di seantero Bandung. Kebetulan, hari itu Ujung Berung menjadi “tuan rumah” nonton bareng laga klasik Persija VS Persib. Layaknya sebuah daerah perkotaan, masyarakat di situ sibuk dengan rutinitasnya. Pedagang, pegawai pemerintahan, karyaw

Kisah KPCDI, Advokasi Pasien Gagal Ginjal dari Diskriminasi Pelayanan Rumah Sakit

Protes seorang diri bak berhadapan dengan tembok, para penderita gagal ginjal pun memilih berserikat. Baru dua tahun, sudah ribuan pasien yang bergabung dan berhasil mengubah sejumlah kebijakan.  FOLLY AKBAR, Jakarta  --- LIMA tahun sudah Thomas Ndun menjalani cuci darah ketika sadar ada pelanggaran prosedur yang dilakukan rumah sakit. Tabung dialyzer yang digunakan untuk cuci darahnya digunakan berulang-ulang sampai 30 kali "Padahal, batas maksimal penggunaannya hanyalah delapan kali," ujar Thomas saat berbincang dengan Jawa Pos akhir Juli lalu. Awalnya, dia merasa semua berjalan baik-baik saja. Seperti biasa, pria 38 tahun itu rutin cuci darah tiga kali dalam seminggu di sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Utara. Maklum, sejak 2011, dia divonis gagal ginjal. Setelah mendapat pendidikan soal cuci darah pada 2016, Thomas terperangah. Ternyata, aktivitas yang sudah dijalaninya selama lima tahun itu tak berjalan sesuai dengan prosedur. Dia menyadari adanya p

Prof Harjono, dari Penjaga Konstitusi Menjadi Penjaga Etika Penyelenggara Pemilu

Foto : Folly Akbar Sumbangsih Harjono dalam membenahi sistem ketatanegaraan Indonesia sangat banyak. Mulai keterlibatannya dalam amandemen UUD 1945 hingga menjadi hakim konstitusi. Kini dia dipercaya memelototi tingkah laku penyelenggara pemilu. FOLLY AKBAR, Jakarta --- RABU (21/6), cuaca di ibu kota Jakarta cukup terik. Dalam suhu yang lumayan hangat itu, Harjono justru memilih mengenakan jaketnya. "Saya sudah tua, saya nggak kuat AC," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan M.H. Thamrin 14. Saat ini usia Harjono sudah 68 tahun. Di usia yang tidak muda lagi itu, sang profesor mengaku bahwa yang paling penting adalah menikmati hidup bersama keluarga. "Tapi, selama masih kuat, saya siap untuk terus mengabdi pada negara," imbuhnya. Terhitung sejak 12 Juni 2017, Harjono dipercaya menjadi ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Keberadaan pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, di lembaga etik penyelenggara pemilu itu merupakan perwakila

Mimi Tumus, Maestro Tari Topeng Kreyo Cirebon yang Tak Kunjung Menemukan Pengganti

Rendahnya komitmen membuat murid-murid Mimi Tumus yang tak banyak jumlahnya itu hingga kini belum mahir. Beban hidup memaksanya tak bisa hanya berkonsentrasi pada menari. FOLLY AKBAR, Cirebon --- SUARA perempuan sepuh itu seolah mengamuflasekan kondisi fisiknya. Juga usianya yang telah memasuki kepala delapan. Dia mungil, wajah dan kulit penuh keriput. Dan, gigi-giginya pun mulai tanggal Tapi, begitu berbicara, sangat lantang. "Kalau tenaga, saya masih kuat," katanya kepada Jawa Pos yang menemuinya di kediamannya di Desa Kreyo, Kabupaten Cirebon, Kamis pekan lalu (1/6). Dengan tenaga yang masih terjaga itulah, Mimi Tumus, perempuan sepuh tersebut, masih sanggup menghidupi diri sendiri dan suami yang telah pikun. Dengan bekerja apa saja, termasuk menjadi tukang pijat. Dengan tenaga yang masih terjaga tersebut pula, Mimi Tumus, di usia yang sudah sesepuh itu, menjadi benteng terakhir tari topeng kreyo. Sampai kini belum ditemukan pengganti sepadan untuk menamp

Para Penjaga Kelestarian Ampo, Makanan dari Tanah Liat khas Cirebon yang Terancam Punah

Ampo sudah matang bikinan Warli Warli saat membuat ampo Pertahanan terakhir eksistensi ampo di Cirebon kini berada di pundak dua perempuan sepuh. Bertahan sebagai penganan hajatan, bukan konsumsi sehari-hari. FOLLY AKBAR ,  Cirebon  --- PADA  gigitan pertama, aroma yang menguat dari kue berbentuk lonjong itu adalah sangitnya. Seperti umumnya makanan yang dimasak dengan cara dibakar. Tapi, tetap  kriyes, kriyes . Renyah, mirip keripik. Semakin dikunyah, baru pahitnya camilan dengan lubang menganga di tengah itu terasa. ''Bagaimana, enak  kan  makan tanah?  Nggak  ada campuran apa pun,'' kata Warli yang menyaksikan  Jawa Pos  mencicipi penganan buatannya pada Selasa (30/5). Di rumah perempuan 70 tahun yang terletak di Desa Jamblang, Kabupaten Cirebon, itu, tanah liat bertebaran di banyak sudut. Nodanya juga menempel di tembok, kusen, hingga pintu dapur. Maklum, nyaris sepanjang usianya dia bergelut dengan tanah liat. Mengolahnya menjadi kue

Sengketa Hidup di dalam Gerbong

Salah satu kesibukan di Stasiun Klaten, Jawa Tengah. Pasca dilarangnya aktivitas pedagang asongan, Stasiun tersebut tampak sepi. Upaya PT KAI menertibkan Kereta Api (KA) dari asongan tanpa memberi solusi mendapatkan perlawanan keras. Bagi asongan, ancaman perut jauh lebih menakutkan ketimbang aparat. Oleh : Folly Akbar**) SESAAT setelah matahari menampakkan sinarnya. Tepat pukul 08.15 WIB, suasana Stasiun Klaten, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, pada Rabu 2 Oktober 2013 terlihat berbeda. Di hari biasa, bagian dalam stasiun hanya dipadati calon penumpang dan beberapa karyawan PT KAI(Kereta Api Indonesia) yang tengah bertugas. Sedangkan di luar, hanya ada puluhan tukang ojek dan becak yang berlalu lalang merayu setiap pengunjung untuk menggunakan jasanya. Tak lupa, beberapa tukang parkir yang secara konsisten mengarahkan pengendara untuk meletakan kendaraanya dengan rapih juga turut melangkapi rutinitas di stasiun. Tapi hari itu, ada puluhan anggota kepolisian berse