Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Laura Lazarus, Mantan Pramugari Lion Air yang Bangkit setelah Selamat dari Dua Kecelakaan

Dua kali kecelakaan pesawat, dengan luka parah dan nyaris meninggal menjadi pengalaman buruk Laura Lazarus sebagai Pramugari Lion Air. Kini, dia sukses sebagai penulis dan motivator. Folly Akbar, Jakarta JIKA tidak ada dua kruk di kedua sisi tubuhnya, siapapun akan melihat Laura Lazarus sebagai sosok biasa. Kulitnya putih dan bersih. Rambutnya yang lurus menambah rona ayu di wajahnya. Saat berdiri, dia terlihat sempurna. Sosok yang pas untuk ukuran pramugari pesawat. Namun, itu sebetulnya adalah tampilan terkini. Empat belas tahun setelah dia berhasil melewati peristiwa paling mengerikan di sepanjang hidupnya. Peristiwa yang menguras air mata, emosi dan materi yang besar. Ya, perempuan kelahiran Jakarta, 25 Maret 1985 itu merupakan salah seorang korban yang selamat dari dua kecelakaan pesawat Lion Air. Masing-masing di kawasan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II pada Juli 2004, dan kawasan Bandara Adi Soemarno, Solo, empat bulan kemudian. Di situ, dia tengah be

Inspirasi dari Edy Suryanto, Atlet Peraih Bonus Terbesar di Asian Para Games 2018

Keberhasilan Edy Suryanto jadi penerima bonus terbanyak merupakan buah kemauan keras berlatih catur sejak usia belasan tahun. Termasuk melawan mereka yang berpenglihatan normal. FOLLY AKBAR, Bogor --- KEEMPAT medali kebanggaan itu dikalungkan di leher Edy Suryanto. Itu membuat keberadaannya cukup mencolok jika dibandingkan dengan para atlet lain yang kemarin diterima Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor. ”Saya sebetulnya target empat emas. Tapi, satu luntur jadi perunggu,” ujarnya, lantas terbahak. Kalau seharian kemarin Edy terlihat sangat gembira, itu wajar. Sebab, bersama dengan para duta olahraga Indonesia lain yang tampil di Asian Para Games (APG) 2018, dia mendapat ganjaran bonus. Juga, Edy yang berkantong paling tebal. Itu tak lepas dari raihan pecatur tunanetra tersebut di APG 2018: tiga emas dan satu perunggu. Tiga medali emas diraih dari kelas catur cepat perorangan VI-B1, kelas catur klasik beregu VI-B1, dan kelas catur cepat ber

Mengunjungi Lorong Buangkok, Kampung Terakhir di Singapura

Kontras dengan Singapura yang gemerlap, di Lorong Buangkok, jalanan masih berupa tanah, ayam berkeliaran, dan pepohonan khas kampung di pekarangan. Seorang warga keturunan Bawean jadi sosok yang dituakan. FOLLY AKBAR, Singapura --- MAK Cik Ayu, demikian dia dipanggil, tengah mengaduk-aduk bubur lambuk saat Jawa Pos singgah di kediamannya pada Selasa siang lalu itu. Membuat bubur yang memiliki warna kekuningan dan bercampur potongan sayuran kecil-kecil Itulah tradisi warga muslim Melayu di Lorong Buangkok, Singapura, setiap Ramadan. ”Bubur ini hanya dibuat di bulan puasa. Saya buat banyak untuk bagi-bagi ke warga,” ujarnya. Di Lorong Buangkok, lanjut dia, berbagi masakan atau apa pun yang dimiliki kepada tetangga merupakan hal biasa. Layaknya tradisi yang banyak ditemui di daerah bangsa Melayu seperti Indonesia. Sebuah tradisi, yang kata dia, hampir tidak ada lagi di Singapura. Kampung Lorong Buangkok memang satu-satunya kampung atau desa dengan akar budaya Melay

Melihat Aksi Trump dan Jong Un KW Sihir Warga Singapura

Kemunculan dua tokoh gadungan Donald Trump dan Kim Jong-un berhasil mencuri perhatian publik. Ingin tampilkan wajah politik yang menyeramkan dan kaku menjadi lebih seru dan lucu. Folly Akbar, Singapura --- RATUSAN orang terlihat berkumpul dan berbaris saling berdesakan di Bugis Junction Mall, Singapura, kemarin (10/6). Penasaran, Jawa Pos pun berupaya menyelinap di tengah kerumunan. Ternyata, mereka tengah menonton dua sosok yang terlihat familier sedang beraksi di depan spanduk bertulisan The Real Trump Kim Summit. Dua sosok itu mirip Donald Trump dan Kim Jong-un. Sekilas nyaris tidak ada bedanya Namun, mereka sebetulnya hanya impersonator atau peniru. Adalah Howard X yang ada di balik Kim Jong-un kw dan Dennis Alan di balik Donald Trump kw. Keduanya terlihat sangat telaten menanggapi permintaan wefie pengunjung. Ada saatnya mereka foto masing-masing dengan pengunjung, tapi tidak jarang keduanya wefie bersama. Tampak sangat sopan dan lembut. Sebagai peniru,

Bernostalgia di Sisa - Sisa Kejayaan Sinetron Legendaris ”Si Doel Anak Sekolahan”

Kamar Mandi dan Sumur menjadi saksi yang tersisa. Warung dan opelet memang tak ada lagi. Tapi, di bagian belakang rumah Babeh Sabeni masih banyak jejak Si Doel Anak Sekolahan yang tersisa. Masih laris jadi sasaran orang berswafoto, termasuk yang datang dari luar Jawa. FOLLY AKBAR, Jakarta --- TAK ada lagi Warung Mak Nyak. Tempat si opelet tua biasa di parkir. Tempat Mandra dan Karyo biasa beradu mulut tiap pagi sebelum narik. Kini berganti jadi saung kecil. Rumah Babeh Sabeni (Benyamin S.) pun telah berubah. Sebagian telah rata dengan tanah. Sisanya direnovasi dan digabung dengan rumah kontrakan Karyo di sebelahnya. Halaman rumah yang dulu terlihat luas dengan banyak pohon yang tertanam di depannya juga berganti wajah. Kini kondisinya jauh lebih sempit. Namun, masih cukup rindang meski latar telah berganti batako dari semula tanah. Bahkan, bagi mereka yang besar bersama Si Doel Anak Sekolahan, berbagai perubahan itu bakal membuat setting utama sinetron le

Tiga Tahun Menjalani Profesi yang Fantastis ; Jurnalis

Awal bulan April lalu menandai tiga tahun saya menjalani profesi ini. Profesi sebagai seorang Jurnalis. Tiga tahun menjalani pekerjaan yang fantastis. Namun, sebelum menceritakan pengalaman tiga tahun di lapangan, saya mau memberi sedikit latar belakang, kenapa saya bisa terjun di dunia ini. Karena semua ada alasannya. Jadi gini. Dunia media, sebetulnya bukan dunia yang baru bagi saya. Sebab, dunia itu sangat melekat bagi anak seorang loper koran seperti saya. Sejak saya lahir, sekeliling saya memang sudah penuh akan berita. Semuanya berserakan. Dari banyak koran, majalah, tabloid sisa jualan bapak. Tiap hari, sejak lancar membaca, saya hampir selalu baca dari sisa koran yang tidak terjual. Biasanya sore hari, sambil menemani bapak istirahat. Karena saking biasanya, pernah suatu sore, sekitar kelas empat SD, saya nangis saat bapak pulang tidak membawa sisa koran. Sebetulnya aneh, mestinya saya senang jika dagangan bapak habis. Namun saya punya alasan tersen

Ada Garis Tuhan yang Terus Mempertemukan Kita

Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta... Demikian potongan puisi karya Soe Hak Gie. Namanya puisi, tentu ini imajinasi. Namun jika kita cari dalam dunia nyata, aku, dan pasangan ku Devi Rahmawati tampaknya cukup layak merepresentasikan potongan puisi tersebut. Setidaknya, menurut ku pribadi. Hampir empat tahun bersamanya, meski sempat putus, aku merasa kami ini lebih banyak perbedaan, di banding persamaan. Tapi justru, persamaan yang kita miliki, adalah kunci kami berdua bisa terus sama-sama. Yakni, kami sama-sama saling menyayangi. Oh ya, meski kami bersama kurang lebih empat tahun terakhir, namun Devi bukanlah sosok baru. Kalau boleh cerita, aku mengenalnya sejak belasan tahun silam. Beberapa waktu setelah dia hadir di kehidupan ku dan teman-teman ku di SDN 3 Sumber. Saat kelas tiga tepatnya. Kala itu, seorang perempuan mungil tiba-tiba masuk ke kelas ku. Di hadapan aku dan kawan-kawan ku, dia memperkenalkan diri. Ntah dari mana. Tapi mungkin tuhan

Agus Yuda, Sopir Truk yang Jalan Kaki Mojokerto-Jakarta Demi Curhat ke Presiden

Agus Yuda diterima Presiden di Istana Merdeka Aksi premanisme berbentuk pemalakan yang terus menghantui para sopir truk pengangkut barang sudah membuat Agus Yuda jengah. Tak kuat terus menerus menjadi korban, Agus nekat jalan kaki ratusan kilometer untuk curhat menemui presiden Joko Widodo. Folly Akbar, Jakarta HARI yang didambakan Agus Yuda akhirnya tiba. Kemarin, Selasa (8/5), sopir truk asal Sidoarjo, Jawa Timur itu sukes menuntaskan mimpinya untuk bisa bertemu Presiden Joko Widodo. Usai mengikuti silaturahmi presiden dengan para pengemudi truk di Istana Negara, Agus ditemui secara khusus oleh Jokowi di ruang Istana Merdeka. Bonusnya, Agus juga ditemui Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal (Komjen) Syafruddin. Pertemuan itu sendiri terbilang cukup istimewa. Pasalnya, upaya Agus untuk mewujudkan momen itu tidak semudah membalikkan tangan. Demi menunjukkan tekadnya, dia melakukan cara yang ekstrim dengan berjalan kaki dar