Kemunculan
dua tokoh gadungan Donald Trump dan Kim Jong-un berhasil mencuri perhatian
publik. Ingin tampilkan wajah politik yang menyeramkan dan kaku menjadi lebih
seru dan lucu.
Folly
Akbar, Singapura
---
RATUSAN orang
terlihat berkumpul dan berbaris saling berdesakan di Bugis Junction Mall,
Singapura, kemarin (10/6). Penasaran, Jawa Pos pun berupaya menyelinap di
tengah kerumunan. Ternyata, mereka tengah menonton dua sosok yang terlihat
familier sedang beraksi di depan spanduk bertulisan The Real Trump Kim Summit.
Dua
sosok itu mirip Donald Trump dan Kim Jong-un. Sekilas nyaris tidak ada bedanya
Namun, mereka sebetulnya hanya impersonator atau peniru. Adalah Howard X yang
ada di balik Kim Jong-un kw dan Dennis Alan di balik Donald
Trump kw.
Keduanya
terlihat sangat telaten menanggapi permintaan wefie pengunjung. Ada saatnya
mereka foto masing-masing dengan pengunjung, tapi tidak jarang
keduanya wefie bersama. Tampak sangat sopan dan lembut. Sebagai
peniru, keduanya dapat dibilang sangat mahir. Howard misalnya. Berbekal badan
gemuk, pipi chubby, dan kulit putih, dia sukses menyempurnakan
peniruannya dengan style yang sangat serupa dengan Kim.
Mulai
setelan pakaian hitam, pin bendera Korea Utara di dada, kacamata, hingga
potongan rambut yang sama. Sama halnya dengan peniru Donald Trump, Dennis Alan.
Dia datang dengan mengenakan setelan biru tua serta dasi merah. Juga dengan pin
bendera Amerika di dada. Lelaki 64 tahun asal Chicago itu menyempurnakan
penampilannya dengan rambut pirang yang dibuat model belah ke samping. Amat
mirip dengan Trump.
Tampilnya
dua impersonator tersebut di Bugis Junction merupakan pemanis menjelang
pertemuan bersejarah kedua pemimpin besok. Pertemuan Trump-Jong-un gadungan itu
sendiri digelar dan dipandu Vybes, sebuah perusahaan global yang bermarkas di
Singapura.
Howard
X kepada media mengatakan sengaja tampil akrab dengan Dennis Alan untuk
mencairkan suasana. Menurut dia, di setiap perbedaan selalu terselip persamaan.
”Saya akrab dengan Trump (Dennis) karena punya karakter yang sama,” ujarnya
tanpa membeberkan karakter apa yang dimaksud.
Pria
kelahiran Hongkong yang besar di Australia itu menambahkan, dirinya dan Dennis
sengaja hadir untuk menurunkan ketegangan dalam KTT. Politik, lanjut dia,
khususnya antara Amerika dan Korea Utara, saat ini terlalu kaku dan terkesan
sangat menyeramkan. ”Kita ingin menampilkan wajah politik menjadi seru dan
lucu-lucu,” imbuhnya.
Perjuangan
Howard X untuk bisa tiba di Singapura sendiri bukan perkara mudah. Pekan lalu
dia sempat ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi karena tampilannya
dinilai tak biasa. Namun, dalam interogasi tersebut, Howard yang sudah mendarat
di Singapura pada Mei lalu mampu meyakinkan pihak imigrasi bahwa dirinya tidak
akan melakukan aksi protes. Selain itu, dia diminta untuk tidak memasuki
kawasan Pulau Sentosa.
Antusiasme
warga Singapura akan kedatangan dua impersonator itu sangat tinggi. Berdasar
informasi yang dihimpun Straits Times, acara tersebut berlangsung sejak Sabtu
(9/6) di lokasi yang sama. Sama halnya dengan kemarin, acara serupa Sabtu lalu
juga ramai.
Padahal,
untuk bisa mengabadikan momen bersama dua peniru tersebut, warga tidak bisa
melakukannya cuma-cuma. Sebab, Vybes selaku penyelenggara memasang tarif untuk
setiap foto. Yaitu, SGD 10 (sekitar Rp 105 ribu) untuk foto dengan satu tokoh.
Jika ingin foto sekaligus dengan keduanya, masyarakat harus merogoh kantong
lebih dalam. Yakni, SGD 15 (setara Rp 156 ribu). Itu pun, pembayaran harus
dilakukan terlebih dahulu melalui aplikasi Vybes.
Sunny,
penonton, mengatakan sengaja datang untuk mengabadikan momen bersama dua peniru
tersebut. Menurut dia, itu momen langka. Terlebih, acara tersebut bersamaan
dengan pertemuan Trump dan Jong-un asli. Pemuda yang memiliki tiket selfie
dengan Kim Jong-un KW itu juga berpendapat kehadiran keduanya memberikan warna tersendiri
bagi masyarakat Singapura yang menghadapi pertemuan bersejarah. ”Saya suka
caranya,” ujarnya.
Berdasar
pantauan Jawa Pos, warga Singapura tampak enjoy dengan rencana
pertemuan Jong-un dan Trump. Di banyak titik, mereka beraktivitas sebagaimana biasanya.
Bahkan, hingga kemarin siang kawasan Pulau Sentosa yang menjadi lokasi
pertemuan masih dipadati penduduk yang berwisata.
Barulah
di kawasan sekitar Hotel Cappella, pengamanan superketat mulai dilakukan. Di
dalam, pengelola dikabarkan menutup penyewaan kamar dan restoran sejak Jumat
lalu. Untuk kawasan luar hotel, peningkatan pengamanan dimulai kemarin siang.
Pada
pagi harinya, masyarakat dan awak media masih bisa berlalu-lalang dengan
leluasa di depan gerbang hotel. Kalaupun ada yang diawasi ketat, itu adalah
mobil yang masuk ke hotel. Namun, sekitar pukul 14.00 waktu setempat, beberapa
truk besar datang dan mulai memasang alat pengamanan dan checkpoint. Seketika
sejumlah awak media yang sempat berkerumun pun disterilkan dari lokasi.
Lenden,
warga Singapura, mengatakan bahwa sejak kemarin pagi intensitas pengamanan di
kawasan hotel memang diintensifkan. Hal itu terlihat dari banyaknya lalu-lalang
kendaraan kepolisian yang melintas di kawasan wisata tersebut. ”Biasanya tidak
seperti ini,” ucapnya di sebuah halte bus tak jauh dari hotel.
Uniknya,
karyawati salah satu tempat wisata itu mengaku baru tahu bahwa hotel tersebut
dipilih sebagai lokasi pertemuan bersejarah. Selain kawasan Hotel Cappella,
penjagaan ketat terjadi di dua tempat lainnya, yakni Hotel St Regis yang
menjadi penginapan Jong-un serta Shangri-La (tempat Trump menginap). (*/oki)
Comments