Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2013

Tahun Kerja Selesai, Next?

Tak terasa, tahun 2013 tinggal menyisakan beberapa hari. Itu artinya, tidak kurang dari 350 hari telah dilewati bangsa Indonesia di tahun 2013, yang katanya tahun kerja. Begitu banyak hal terjadi dalam rentan waktu tersebut, baik yang bernuansa positif maupun negatif. Sebagaimana biasanya, tidak ada salahnya jika penghujung tahun kita jadikan momen untuk muhasabah , sebagai tolak ukur dalam memulai langkah di lembaran yang baru. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, kerja keras KPK yang mulai menghasilkan, hingga munculnya tokoh-tokoh calon pemimpin alternatif mewakili sisi postif yang tampak menjelang tahun 2014 mendatang. Adapun carut marut transportasi, meningkatnya kekerasan, hingga runtuhnya wibawa aparat penegak hukum menjadi sisi negatif yang terlihat sepanjang tahun, melengkapi isu laten seperti korupsi dan kolusi.

Soal Miras, Sinergikan Regulasi dan Kearifan Lokal

Dewasa ini, kasus kematian akibat minuman keras (Miras) oplosan telah menjadi fenomena yang biasa, khususnya di DIY. Terakhir, dua warga Bantul tewas pasca menenggak miras oplosan setelah dua warga Sleman mengalami hal yang sama pada bulan November. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi seolah tidak pernah dihiraukan masyarakat. Dengan penuh kesadaran, para oknum terus melakukannya. Disaat yang sama, hingga saat ini pemerintah terkesan tidak responsif dalam menangani persoalan ini. Padahal dalam konstitusi telah disebutkan jika negara memiliki kewajiban untuk melindungi setiap warganya. Jadi walau bagaimanapun kondisi yang melatarbelakangi, pemerintah tetap dituntut mengambil kebijkan.

Pelaku Vandalisme, Masih Misterius

Hingga kini, pihak kampus belum mengetahui pelaku aksi tersebut. lpmarena.com,   Pelaksanaan pemilwa benar-benar membuat perwajahan kampus UIN berbeda. Bukan hanya poster dan baliho yang membuat kampus ini terlihat ramai, beberapa aksi vandalisme pun ikut mewarnai wajah kampus. Kamis(30/05), masyarakat UIN Suka dikejutkan dengan coretan-coretan yang memenuhi tembok-tembok disegala penjuru kampus. Bahkan gedung rektorat pun tidak luput dari aksi vandalisme tersebut. Dalam vandalisme tersebut tertulis beberapa tuntutan, seperti LPJ DEMA, pembubaran KPUM hingga penurunan rektor. Juweni, salah seorang petugas satpam yang bertugas piket tadi malam mengaku tidak mengetahui siapa pelaku aksi tersebut. “saya gak menemui siapa pelakunya”, ujarnya. Juweni menjelaskan bahwa aksi tersebut dilakukan di berbagai waktu yang berbeda. “Kalau yang di rektorat itu dari kemarin siang sudah ada, kalau yang di MP itu masih sore, belum terlalu malam. Nah kalau yang di fakultas-fakultas itu sekita

Masyarakat Wajib Mengontrol Media

lpmarena.com,   Kebebasan pers yang diperjuangkan para aktivis era Orde Baru telah tercapai seiring meletusnya reformasi 98. Tapi kebebasan tersebut justru dinikmati pengusaha media, dengan segala kepentinganya, baik yang bersifat politis maupun ekonomi. Itulah benang merah yang tergambar dalam Lounching Buku   Penumpang Gelap Demokrasi, sebuah kajian liberalisasi media di Indonesia   dan Talkshow Berita TV di Hall Udin, Gedung PKKH Universitas Gajah Mada sabtu (28/09). Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Festival Media Yogyakarta 2013. Hadir sebagai pemateri Kristiawan selaku penulis buku, Nurjaman Mochtar selaku praktisi media dan Rahmat Arifin dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah(KPID) Yogyakarta. Dalam pemaparanya Kristiawan menjelaskan banyaknya indeks penurunan kualitas pemberitaan di TV yang disebabkan ditungganginya era kebebasan pers oleh pengusaha media. “Penumpang gelap itu industialisasi media. Padahal yang memperjuangkan kebebasan pers itu kan AJI d