Diskusi Tan Malaka di Universitas Indonesia, Senin (16/5) |
Bisa Bersekolah di
Belanda berkat Iuran Warga Sekampung
Jauh dari asumsi publik selama ini, Tan Malaka yang lahir di lingkungan agamis justru sangat dekat dengan ajaran agama. Bahkan, dia hafal Alquran. Keluarga hanya berharap perjuangannya untuk Indonesia yang merdeka diakui.
FOLLY AKBAR, Depok
---
EMOSI Zulfikar Kamarudin, keponakan Tan Malaka, mendadak tinggi. Matanya berkaca-kaca. Suaranya berat. Seperti menahan kepedihan yang dalam. Di usianya yang sudah menapak 60 tahun itu, dia tetap lantang menyuarakan keadilan bagi pamannya tersebut.
''Tan orang yang sangat nasionalis, memberikan sumbangsih besar bagi negeri ini. Tapi, seperti tidak dianggap,'' ujar Zulfikar, lantas disambut tepuk tangan peserta diskusi ''Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik'' di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, kemarin (16/5).
Menurut dia, pemikiran dan perjuangan Tan Malaka untuk negara justru dibalas dengan sangat menyakitkan. ''Ditembus timah badannya,'' katanya. Tuduhan yang kerap dilayangkan kepada Tan Malaka sebagai ateis hanya karena mempelajari pemikiran Karl Marx semakin memojokkan. Padahal, penulis buku Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika tersebut merupakan pribadi yang sangat mencintai Islam.
Menurut cerita ayahnya yang juga adik Tan Malaka, Kamarudin Rasad, pria kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, itu justru sangat memahami agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari lingkungan tempat dia dilahirkan yang kental dengan ajaran Islam.
''Tan hafal Alquran, tahu betul makna serta tafsirnya,'' kata Zulfikar. Bahkan, saat berpidato di hadapan Stalin di Moskow, Rusia, Tan mengatakan dengan lantang bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dalam kemajuan Indonesia.
Kalaupun dia belajar pemikiran kiri, Zulfikar menilainya sebagai hal yang wajar. Di era itu, mempelajari teori-teori tersebut merupakan sesuatu yang lumrah. Soekarno, Hatta, bahkan semua pemimpin dunia juga mempelajarinya.
Di mata keluarga, Tan memang dipandang sebagai sosok yang pintar. Sejak kecil, dia selalu menjalani sesuatu secara tekun. Tak pernah setengah-setengah. ''Kalau membaca buku ya terus-terusan. Tidak pernah sebagian saja atau libur,'' tuturnya.
Pribadinya yang rajin membuat para tokoh di Nagari Pandam Gadang rela iuran untuk membiayai keinginannya. Dengan begitu, dia bisa melanjutkan pendidikan di Rijkskweekschool, Haarlem, Belanda, pada 1912.
''Kalau kata ayah saya (adik Tan Malaka, Red), dia pintar karena dibantu pemberian otak ayah saya. Itulah kenapa dia pintar, tapi adiknya tidak,'' selorohnya yang membuat peserta diskusi tertawa.
Selain pintar, Tan Malaka dipandang sebagai sosok yang keras dan teguh pada pendirian. Tidak hanya tecermin pada sepak terjangnya, tapi juga ditunjukkan dalam pertemuan kongres partai komunis dunia di Moskow. Saat itu, pria yang dilahirkan dari rahim pengumpul kopi tersebut berani menolak keinginan Stalin yang menyuruhnya berhenti berpidato.
''Tan disuruh stop saat baru 15 menit. Lalu, dia bilang sudah datang dari pulau yang ribuan kilometer jaraknya,'' ungkapnya. Tak ayal, Stalin pun memberikan tambahan waktu 15 menit sehingga total menjadi 30 menit.
Saat ini, lanjut Zulfikar, keluarga hanya menginginkan Tan Malaka diperlakukan secara pantas oleh bangsa yang diperjuangkannya. Diakui jerih payahnya dan tidak ditutup-tutupi jasa-jasanya. Menurut dia, permintaan tersebut bukan untuk sekadar ''gaya-gayaan'', melainkan agar generasi penerus bangsa mendapat fakta secara terang benderang terkait dengan sosok orang-orang yang memiliki andil bagi kemerdekaan Indonesia.
Zulfikar menegaskan, Tan Malaka adalah salah seorang tokoh yang konsisten mewujudkan Indonesia merdeka seratus persen. Bahkan, konon, karena konsistensi dan totalitasnya itu, Tan Malaka rela menjomblo selama hidupnya. ''Bung karno saja mengakui Tan nasionalis tulen, bapak bangsa. Kenapa kita malu-malu mengakui,'' tandasnya. (*/c7/pri)
Lanjut baca edisi kedua : Giat Mendirikan Sekolah Rakyat
Jauh dari asumsi publik selama ini, Tan Malaka yang lahir di lingkungan agamis justru sangat dekat dengan ajaran agama. Bahkan, dia hafal Alquran. Keluarga hanya berharap perjuangannya untuk Indonesia yang merdeka diakui.
FOLLY AKBAR, Depok
---
EMOSI Zulfikar Kamarudin, keponakan Tan Malaka, mendadak tinggi. Matanya berkaca-kaca. Suaranya berat. Seperti menahan kepedihan yang dalam. Di usianya yang sudah menapak 60 tahun itu, dia tetap lantang menyuarakan keadilan bagi pamannya tersebut.
''Tan orang yang sangat nasionalis, memberikan sumbangsih besar bagi negeri ini. Tapi, seperti tidak dianggap,'' ujar Zulfikar, lantas disambut tepuk tangan peserta diskusi ''Merajut Kenangan, Jalan Sunyi sang Pejuang Republik'' di auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (UI), Depok, kemarin (16/5).
Menurut dia, pemikiran dan perjuangan Tan Malaka untuk negara justru dibalas dengan sangat menyakitkan. ''Ditembus timah badannya,'' katanya. Tuduhan yang kerap dilayangkan kepada Tan Malaka sebagai ateis hanya karena mempelajari pemikiran Karl Marx semakin memojokkan. Padahal, penulis buku Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika tersebut merupakan pribadi yang sangat mencintai Islam.
Menurut cerita ayahnya yang juga adik Tan Malaka, Kamarudin Rasad, pria kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 Juni 1897, itu justru sangat memahami agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari lingkungan tempat dia dilahirkan yang kental dengan ajaran Islam.
''Tan hafal Alquran, tahu betul makna serta tafsirnya,'' kata Zulfikar. Bahkan, saat berpidato di hadapan Stalin di Moskow, Rusia, Tan mengatakan dengan lantang bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dalam kemajuan Indonesia.
Kalaupun dia belajar pemikiran kiri, Zulfikar menilainya sebagai hal yang wajar. Di era itu, mempelajari teori-teori tersebut merupakan sesuatu yang lumrah. Soekarno, Hatta, bahkan semua pemimpin dunia juga mempelajarinya.
Di mata keluarga, Tan memang dipandang sebagai sosok yang pintar. Sejak kecil, dia selalu menjalani sesuatu secara tekun. Tak pernah setengah-setengah. ''Kalau membaca buku ya terus-terusan. Tidak pernah sebagian saja atau libur,'' tuturnya.
Pribadinya yang rajin membuat para tokoh di Nagari Pandam Gadang rela iuran untuk membiayai keinginannya. Dengan begitu, dia bisa melanjutkan pendidikan di Rijkskweekschool, Haarlem, Belanda, pada 1912.
''Kalau kata ayah saya (adik Tan Malaka, Red), dia pintar karena dibantu pemberian otak ayah saya. Itulah kenapa dia pintar, tapi adiknya tidak,'' selorohnya yang membuat peserta diskusi tertawa.
Selain pintar, Tan Malaka dipandang sebagai sosok yang keras dan teguh pada pendirian. Tidak hanya tecermin pada sepak terjangnya, tapi juga ditunjukkan dalam pertemuan kongres partai komunis dunia di Moskow. Saat itu, pria yang dilahirkan dari rahim pengumpul kopi tersebut berani menolak keinginan Stalin yang menyuruhnya berhenti berpidato.
''Tan disuruh stop saat baru 15 menit. Lalu, dia bilang sudah datang dari pulau yang ribuan kilometer jaraknya,'' ungkapnya. Tak ayal, Stalin pun memberikan tambahan waktu 15 menit sehingga total menjadi 30 menit.
Saat ini, lanjut Zulfikar, keluarga hanya menginginkan Tan Malaka diperlakukan secara pantas oleh bangsa yang diperjuangkannya. Diakui jerih payahnya dan tidak ditutup-tutupi jasa-jasanya. Menurut dia, permintaan tersebut bukan untuk sekadar ''gaya-gayaan'', melainkan agar generasi penerus bangsa mendapat fakta secara terang benderang terkait dengan sosok orang-orang yang memiliki andil bagi kemerdekaan Indonesia.
Zulfikar menegaskan, Tan Malaka adalah salah seorang tokoh yang konsisten mewujudkan Indonesia merdeka seratus persen. Bahkan, konon, karena konsistensi dan totalitasnya itu, Tan Malaka rela menjomblo selama hidupnya. ''Bung karno saja mengakui Tan nasionalis tulen, bapak bangsa. Kenapa kita malu-malu mengakui,'' tandasnya. (*/c7/pri)
Lanjut baca edisi kedua : Giat Mendirikan Sekolah Rakyat
Comments
CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI (ASLI) BUKAN REKAYASAH!!!
TERIMA KASIH BANYAK MBAH SERO SUDAH 3 TAHUN SAYA MENDERITA DI MALAYSIA KERJAAN SAYA CUMA MENOMBAK KELAPA SAWIT PENDAPATAN TIDAK SEBERAPA SEDANKAN SEWAH KONTRAKAN RUMAH 700 RIBU PERBULAN TAPI SETELAH KAMI DAPAT NOMOR MBAH DI INTERNET KAMI COBA-COBA HUBUNGI LALU MINTA BANTUAN ANGKA GHOIB DAN ALHAMDULILLAH ANGKA YANG DIBERI MBAH SERO LANSUNG TOTO 6D BENAR-BENAR 100% TERBUKTI TEMBUS SEKALI LAGI TERIMA KASIH MBAH SERO RENCANA MAU PULANG KE INDO BUKA USAHA INI SEMUA BERKAT BANTUAN ANGKA GHOIB MBAH SERO BAGI ANDA YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA HUBUNGI MBAH SERO DI NOMOR 082 370 357 999 TERIMA KASIH..!!! INI KISAH NYATA DARI SAYA..