Novian Chaniago foto : Folly Akbar |
Dari
Blok M lewat Gorky Park sampai ke Jogjakarta. Itulah ”rute” Novian Chaniago
untuk bertemu band idolanya tersebut. Dia sudah menyiapkan dua pertanyaan.
FOLLY
AKBAR, Jakarta, Jawa Pos
---
Wind
of Change
DIA tidak
sedang menyanyi di dinginnya Gorky Park, Moskow, di Rusia sana. Tidak pula
bermaksud menyuarakan situasi politik di Eropa Timur.
Take
me to the magic of the moment
On
a glory night
Where
the children of tomorrow dream away (dream away)
In
the wind of change
Tapi,
nasib memang kesunyian masing-masing. Di suatu siang yang panas di Blok M,
Jakarta, dua pekan lalu (14/2), seseorang merekamnya tengah mengamen
menyanyikan larik-larik refrain itu.
Selembar
kertas karton yang mengutarakan maksud hati si pengamen turut terbaca jelas.
Dan ada pula peran klik ribuan tangan di dunia maya. Sampai akhirnya Novian
Chaniago, pengamen tersebut, membantu membawanya to the magic of the moment.
Bertemu
Scorpions, band yang lagunya, Wind of Change, dia nyanyikan di video itu. Tidak
cuma untuk nonton konsernya di JogjaROCKarta Festival 2020 besok (1/3), seperti
yang dia tulis di kertas karton tadi.
Tapi
bertatap muka langsung. Bercakap-cakap. Dan, tentu saja, berfoto ria. Hal-hal
yang bisa membuat ribuan orang yang mengidolakan band asal Jerman tersebut
mengelus dada. Karena kepengen.
”Ini
mungkin udah rezeki saya,” ujar Novian Chaniago saat ditemui di Taman PSKD,
Blok M, Jakarta, tempat dia biasa mengamen. Rezeki yang tentu saja tidak jatuh
begitu saja di bawah pohon mangga.
Send
Me An Angel
Jempol
tangan Novian berhenti di unggahan salah satu akun Instagram itu. ”Lho kok
Scorpions mau main sama Whitesnake di Jogja,” ujarnya dengan intonasi suara
terkejut, menceritakan apa yang dia baca dua pekan lalu.
Novian
sudah lama mengidolakan band yang terbentuk pada 1965 di Hanover, Jerman,
tersebut. Otomatis pula sangat ingin menontonnya langsung di Stadion Kridosono,
lokasi JogjaROCKarta 2020, besok.
Tapi,
pria 51 tahun itu sadar, tak akan mudah mewujudkannya. Butuh dana yang tidak sedikit.
Tidak hanya untuk membeli tiket konser, tapi juga transportasi dan akomodasi.
Padahal,
kondisi dompetnya saat itu seperti musim kemarau yang panjang. ”Saya mikir,
gimana nih, duit kan, banyak keperluan yang lain, ya kan?” ucapnya dengan logat
Betawi yang kental.
Karena
ngamen sudah jadi jalan ninjanya sejak SMP, Novian tak punya opsi lain. Tapi,
dia sadar, mengamennya kali ini harus berbeda. Sebab, dia butuh uang cepat agar
tidak kehabisan slot tiket konser. ”Udah, saya bikin tulisan aja tolong bantu
saya untuk liat Scorpions gitu, terus ngamen,” kata pria berdarah Minang itu.
Sebetulnya,
terang Novian, ada cara lain yang lebih mudah: meminta bantuan ke sejumlah
rekan yang terhitung kaya. Namun, Novian akhirnya membuang jauh-jauh opsi
tersebut.
Novian
anti meminta-minta, apalagi untuk kesenangan pribadi. Berusaha sendiri dengan
mengamen jauh lebih terhormat. Bagi dia juga, ngamen tidak sama dengan
meminta-minta. Tapi menjual keterampilan membawakan musik. Apalagi, Novian juga
berkarya dan menciptakan lagu sendiri.
”Ngamen
sama kayak pedagang. Kita jual suara, jual musik. Kalau barang bagus, mau
denger, dia bayar. Kalau ga suka, ga bayar.”
Keteguhan
sikap tersebut berbuah. Pada siang itu, 14 Februari, yang sebagian orang
merayakannya sebagai Valentine’s Day, pria lajang tersebut mendapat cukup
banyak ”sentuhan kasih sayang”. ”Banyak yang ngasih. Dapat Rp 380 ribu hanya
dalam sejam,” ungkapnya.
Padahal,
dalam satu hari, Novian punya tiga sif di tempat mengamennya tersebut.
Masing-masing satu jam. Lewat Send Me An Angel, Scorpions menulis tentang
pengharapan dan keteguhan hati. ”Close your eyes and you will find//Passage out
of the dark,” kata band yang didirikan Rudolf Schenker tersebut.
Semesta
bakal mendukung lewat cara-cara yang tak diduga. Dan, siang itu, di keriuhan
Blok M, angel bagi Novian berwujud seseorang yang merekam aksinya. Dia salah
seorang pengunjung Warung Ayam Bakar Berkah, tak jauh dari tempat Novian
mengamen.
Di
era di mana seseorang bisa terkenal tanpa dia sadari ini, dengan cepat video itu
menyebar. Ditonton ribuan orang, termasuk Anas Syahrul Alimin, promotor yang
mendatangkan Scorpions. Lewat Twitter pribadinya, CEO Rajawali Indonesia
Communications tersebut mencari sosok si pengamen.
Sampai
di titik itu Novian belum tahu bahwa dirinya sudah ”seterkenal” itu. Baru
beberapa hari kemudian dia ngeh. Itu pun setelah dia diberi tahu salah seorang
karyawan Warung Ayam Bakar Berkah. ”Dia bilang, Mas, videonya viral. Saya
bingung, video apa? Yang mana?” kata Novian.
Setelah
paham apa yang terjadi, Novian langsung menghubungi akun media sosial Anas dan
meninggalkan nomor telepon. Saat itu sebetulnya Novian sudah memegang tiket
dengan biaya sendiri hasil mengamen.
Tak
butuh waktu lama, Anas langsung menghubungi. ”Dia bilang siap mempertemukan
saya dengan Scorpions,” ujar Novian.
Gembira
luar biasa itu sudah pasti. Tapi, Novian tak mau bersikap berlebihan. Untuk
itu, agar pertemuan dengan band idola bisa lebih bermakna, dia perlu
mempersiapkan diri.
Still
Loving You
Bagi
Anas, keputusannya untuk menghubungi Novian dan mempertemukannya dengan para
personel Scorpions adalah bentuk apresiasi. ”Saya sangat apresiasi attitude dan
mentalnya,” ujar Anas saat dihubungi terpisah.
Anas
menilai mental mau bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan tidak
dimiliki semua orang. Bahkan, berdasar pengalamannya, tidak sedikit orang kaya
yang memiliki mental jelek. ”Kita lihat banyak orang sudah punya duit, mampu,
justru cari gratisan,” imbuhnya.
Soal
konsep pertemuannya, Anas mengatakan, nanti Novian bertemu face-to-face dengan
personel Scorpions. Di situ akan dilakukan perbincangan kecil dan foto-foto.
Kepada
manajemen band yang sekarang digawangi Rudolf Schenker (rhythm guitar), Klaus
Meine (vocal), Matthias Jabs (lead guitar), Pawel Maciwoda (bass), dan Mikkey
Dee (drum) itu, Anas sudah menyampaikan rencana tersebut. Telah pula mendapat
lampu hijau. ”Saya jelaskan ke mereka, ini ada musisi jalanan ingin menonton,
dia harus mengamen. Saya tunjukkan videonya,” kata Anas.
Apakah
ada kemungkinan berduet? Anas menyebutkan, belum ada rencana ke situ. Tapi,
bagi Novian, apa pun bentuk pertemuannya dengan para personel band yang telah
menjual lebih dari 110 juta kopi album di seluruh dunia itu, dia akan
menyambutnya dengan gembira. ”Kami kan sama-sama musisi. Hanya levelnya yang
berbeda,” tuturnya.
Jika
ada kesempatan, Novian juga akan menanyakan dua pertanyaan. Pertama, bagaimana
proses kreatif pembuatan lagu berjudul Wind of Change? ”Karena saya suka lagu
itu, oke banget,” ucap dia menyebut alasannya.
Pertanyaan
kedua, bagaimana cara menjaga soliditas personel band dalam waktu yang lama?
Sebab, lanjut Novian, itu hal yang tak mudah. Dia sendiri sudah dua kali gagal
membentuk band.
Kalau
ternyata Scorpions memberinya kejutan dengan mengajaknya berduet? ”Wah, ya
seneng banget. Kayak kesamber petir, mau pingsan saya bisa. Tapi, saya ga mau
berharap, hati saya adalah raja saya,” jelasnya.
Tapi,
bila memang tawaran itu datang, Novian siap mengerahkan segala kemampuan.
Semacam untuk memperlihatkan ”Still Loving You”. Bahkan setelah Scorpions
berumur lebih dari setengah abad. (*/c9/ttg)
Tulisan ini dimuat di Harian Jawa Pos edisi Sabtu 29 Februari 2020
Comments