Skip to main content

Asa Maryam Soedjono, Cucu Pahlawan Nasional Haji Agus Salim Untuk Menerbitkan Buku


Di usia yang sudah menginjak 83 tahun, Maryam Soedjono ingin bisa menerbitkan kumcer yang ditulisnya sejak usia muda. Sebagai cucu dari anak tertua, dia kerap menyaksikan Haji Agus Salim menuangkan gagasan dalam tulisan.

FOLLY AKBAR, Jakarta, Jawa Pos

---

SUARA Maryam Soedjono pelan, lirih, dan terkadang sedikit terbata-bata. Tapi, begitu bicara soal karyanya, wanita berusia 83 tahun itu dengan segera tampak lebih antusias.

Karya yang dimaksud adalah kumpulan cerita (kumcer) berjudul Cerita tentang Suaka dan Cerita-Cerita Ajaib Lainnya. Sebuah karya yang ditulis cucu pahlawan nasional Haji Agus Salim itu puluhan tahun lalu dan dijaganya hingga sekarang.

”Ini saya tulis sejak masih cukup muda,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos di kediamannya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (21/6).

Sepanjang ingatannya, kumcer itu ditulis secara berkesinambungan di usia sekitar 40 tahun.

Kumcer yang awalnya ditulis tangan itu sudah dua kali mengalami ”evolusi”. Sempat ditulis dengan mesin tik, kini ditulis ulang di komputer dan sudah tersusun rapi dalam sebuah bundel. Itu berkat kebaikan adik Maryam, Endang Sri Hayati. ”Adik saya untung mau nulis buat empoknya, diketikin,” ujarnya.

Saat ini kumcer tersebut menjadi sesuatu yang paling dia banggakan. Sebab, karya yang tertuang dalam naskah setebal 73 halaman itu merupakan bukti bahwa dia bisa menjaga tradisi menulis yang ada di keluarganya.

Ya, Maryam memang lahir dari keluarga pesohor dengan tradisi literasi yang tinggi. Kakeknya, Haji Agus Salim, merupakan salah seorang tokoh pahlawan nasional. Aktivis gerakan kemerdekaan, diplomat, pemikir, dan mantan jurnalis yang menerbitkan banyak buku.

Maryam lahir dari rahim anak sulung Agus Salim, yakni Theodora Atia Salim atau akrab disapa Dolly. Sejarah juga mencatat Dolly sebagai pelantun pertama lagu Indonesia Raya dalam Kongres Pemuda II 1928.

Sementara ayahnya, Soedjono Hardjosoediro, dikenal sebagai salah seorang tokoh pendidikan nasional. Dia tercatat sebagai pendiri Universitas Nasional pada 1949, di antaranya bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan H.B. Jassin. Ayah Maryam juga tercatat pernah menerbitkan sejumlah buku.

”Kakek saya menulis, ayah saya menulis, mungkin turun ke saya bakatnya,” imbuh Maryam.

Sebagai cucu dari anak sulung, Maryam beruntung banyak berinteraksi langsung dengan Agus Salim. Bahkan, hingga usia remaja, Maryam yang lahir 1938 masih tinggal bersama pria yang terlahir dengan nama Masyhudul Haq itu sebelum wafat pada 4 November 1954.

”Masa kecil saya kebanyakan tinggal di rumah dia. Ayah saya nggak jago cari duit dan lama baru punya rumah,” tuturnya.

Maryam mengaku kerap menjumpai sang kakek yang tengah menuangkan gagasan dalam tulisannya. Kenangan itu secara tak langsung ikut memengaruhi alam bawah sadarnya untuk menulis.

Karya kumcer yang dia susun sendiri bernuansa sastra. Naskahnya ditulis dengan gaya bahasa bercerita dan kalimat sehari-hari yang sangat sederhana.

Genre yang dipilih tak lepas dari latar belakangnya sebagai mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Indonesia. Pendidikan yang dienyam pada 1950-an.

Cerita yang ditulis Maryam juga tidak berat. Hanya kisah yang berangkat dari kehidupan dan keseharian yang dinilai berkesan. Total kumcer yang dia tulis memiliki 12 judul dengan ketebalan beragam. Ada yang hanya 2 halaman, ada pula yang sampai 11 halaman.

”Yang paling berkesan buat saya (berjudul) Suaka,” terangnya.

Judul Suaka diambil dari nama anjing peliharaan ayahnya. ”Ayah bilang, diberi nama Suaka karena anjing datang meminta suaka,” kata Maryam, lantas terkekeh.

Dari naskah yang sempat dibaca Jawa Pos, Suaka bercerita tentang kisah anjing liar yang datang dan menetap di rumah keluarga Maryam. Di situ, Maryam menulis sosok ayahnya yang muslim, namun menaruh kasih sayang pada anjing yang membutuhkan pertolongan.

Perlahan, Suaka menjadi bagian dari keluarga Maryam. Saking berartinya, ayah Maryam kerap merasa kesepian jika Suaka tak tampak. Belas kasih pun diberikan sampai Suaka terkena penyakit dan mengalami kebutaan. Keluarga Maryam tak berhenti merawatnya.

”Cerita Suaka dari dia datang sampai dia meninggal,” kenang Maryam.

Sama halnya dengan Suaka, ada juga judul lain yang menceritakan keluarga. Misalnya, naskah berjudul Tidurlah Ibu Tidurlah Sayang yang menceritakan kenangan Maryam bersama ibunya. Ada pula naskah Mengenang Tante Adik yang berkisah soal kehidupan adik sang ibu yang hidup tanpa anak.

Selain keluarga, ada cerita berkesan dari pengalaman Maryam. Misalnya, naskah berjudul Laba-Laba yang Gemar Bercanda yang berangkat dari seekor laba-laba yang hidup di rumah dan aktif bergerak.

”Ada laba-laba yang lari ke muka saya. Ini tulisan timbul begitu aja,” kata Maryam yang pernah menjadi pegawai kontrak di Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pada awalnya, Maryam hanya terfokus untuk menulis. Tak pernah membayangkan apakah kelak diterbitkan. Tapi, belakangan timbul keinginan itu.

”Alangkah senangnya kalau bisa diterbitkan,” terangnya.

Hingga kini, Maryam belum pernah mencoba membawanya ke penerbit buku. Dia tak punya cukup tenaga untuk melakukannya di usia sekarang.

Harapannya, kelak ada penerbit yang mau berbaik hati melakukannya. ”Mumpung saya masih ada,” ungkapnya.

Selain untuk kepuasan dan kebanggaan, jika diterbitkan, dia berharap bisa membantu secara ekonomi. Maklum, kehidupannya hanya bergantung dari beberapa kamar rumah yang disewakan. Dia mengikuti jalan hidup kakeknya.

”Kakek saya dulu nggak mau kerja sama Belanda. Dia cari duit tambahan dengan sewa kos. Ibu saya juga ngekosin, saya juga ikut,” tuturnya.

Di masa tuanya, Maryam tinggal bersama anak semata wayangnya yang kini berusia hampir 70 tahun. Karena anaknya membujang seumur hidup, Maryam tak punya cucu yang menemani hari tuanya.

Putra Maryam adalah Kun Hantio, atlet renang nasional 1970-an yang sempat memegang rekor nasional gaya dada 100 meter. ”(Setelah pensiun) dia sempat buka kursus renang. Dapat uang dari situ,” kata Maryam. (far/c19/ttg)

 Tulisan ini terbit di Harian Jawa Pos edisi 25 Juni 2021

Comments

Anonymous said…
Lucky Club: The first casino site that connects the players in
Lucky Club is a fantastic place for players to try slots and casino games luckyclub online. The site has over 3000 games including jackpot slots, live dealer tables

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.