Foto Hendra Eka/Jawa Pos |
Mi Aceh. Namanya sangat identik dengan Tanah Rencong. Di antara banyak pilihan mi Aceh, Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya kesan tersendiri dengan Mie Razali. Bersantap langsung di kedainya satu kali. Dan memesan untuk dimakan di tempat lain juga satu kali.
FOLLY AKBAR, Banda Aceh
---
TIDAK sulit mencari
warung Mie Razali di Banda Aceh. Semua orang yang dijumpai Jawa Pos pada awal
Februari lalu seperti pernah singgah di kedai itu. Atau paling tidak pernah
mendengar ketenarannya. Mereka bisa mengarahkan dengan tepat tanpa perlu banyak
dialog. Ternyata, Mie Razali yang terkenal itu berada di lokasi yang strategis,
yakni di pusat kota.
Kedai Mie Razali yang
terkenal setelah disambangi Jokowi pada 2015 tersebut hanya berjarak beberapa
meter dari Tugu Simpang Lima, Banda Aceh. Jika diukur dari Masjid Raya
Baiturrahman yang menjadi tetenger kebanggaan Aceh, jarak Mie Razali tidak
lebih dari 900 meter. Warung di Jalan Teuku Panglima Polem Nomor 81, Peunayong,
tersebut mudah dijangkau dari mana saja.
”Sejak dulu di sini. Tapi
dulu emperan,” kata Muhammad Iqram, karyawan yang juga tangan kanan Muhammad
Nazar, sang pemilik warung. Kebetulan, saat Jawa Pos singgah ke kedai tersebut,
Nazar sedang sakit. Dia pun tidak ke warung karena harus menjalani perawatan di
rumah.
Nazar, kata Iqram,
merupakan generasi kedua Mie Razali. Perintis bisnis kuliner yang kini umurnya
sudah hampir enam dasawarsa itu adalah orang tua Nazar. Namanya Razali. Nama
beliaulah yang kemudian menjadi label mi Aceh kesukaan Jokowi tersebut.
Berdiri sejak 1963, Mie
Razali diambil alih Nazar pada 2007. Alasannya, Razali makin tua dan fisiknya
melemah. ”Bang Nazar cuma meneruskan,” terang Iqram.
Mewarisi resep keluarga,
Nazar pun berusaha keras mempertahankan cita rasa mi Aceh ala sang ayah. Jika
dilihat sekilas, komposisi Mie Razali tidak berbeda dengan mi Aceh pada
umumnya. Mi yang terbuat dari tepung terigu dimasak bersama taoge dan kol. Lalu
ditambahi bumbu rahasia Razali.
Mi bisa disajikan dalam
tiga versi: mi goreng, mi rebus, dan mi basah. Dalam bahasa Jawa, mi basah itu
dikenal dengan sebutan nyemek. Sebenarnya, tanpa topping apa pun, Mie Razali
sudah lezat. Namun, jarang sekali pelanggan yang menyantap Mie Razali polosan.
Biasanya mereka pasti menambahkan topping.
Iqram mengatakan bahwa
topping Mie Razali sangat beragam. Ada yang berupa daging dan ada pula yang
boga bahari. Di antaranya udang, cumi-cumi, dan kepiting. Jika menginginkan Mie
Razali spesial, pelanggan bisa meminta topping campuran. Artinya, perpaduan
antara daging dan sea food. Jika salah satu varian topping saja bisa
menerbitkan air liur, apalagi dua-duanya kan?
Tentu saja, harga tiap
porsi Mie Razali menyesuaikan dengan pilihan topping-nya. Mie Razali polosan
dijual seharga Rp 12 ribu per porsi. ”Paling mahal yang campur, Rp 65 ribu,”
terang pria kelahiran Sigli itu.
Acar dihadirkan sebagai
pendamping Mie Razali. Acar ala Aceh tidak sama dengan yang biasa ditemukan di
kota-kota besar di Pulau Jawa. Yang dimaksud dengan acar oleh Iqram adalah
irisan bawang merah dan mentimun yang dibalur jeruk nipis. Sebagai pelengkap
acar itu, ditambahkanlah keripik melinjo.
Dari segi rasa, Mie Razali
memang unggul dibandingkan mi Aceh yang lain. Bumbu rahasia keluarga
menghadirkan perpaduan rasa pedas, asam, dan gurih yang pas. ”Kita pakai arang.
Biar lebih terasa bumbunya,” kata Iqram soal teknik memasak Mie Razali. Karena
prosesnya lebih lama ketimbang memasak dengan kompor, bumbu rahasia keluarga
Nazar punya kesempatan lebih banyak untuk meresap ke dalam mi, sayur, dan
kuahnya.
Selain resep warisan
keluarga dan teknik memasak yang dipertahankan sejak awal berdirinya, Mie
Razali selalu berusaha menyajikan bahan-bahan yang fresh. Semua yang dimasak
adalah bahan-bahan makanan yang baru. Bahkan, mi yang mereka gunakan pun tidak
beli jadi. Mie Razali membuat sendiri mi yang mereka gunakan sebagai bahan
utama jualan mereka sehari-hari.
Keistimewaan Mie Razali
membuat pengunjung tidak berhenti mendatangi warung sejak mulai buka pada pukul
10 pagi. ”Dalam sehari bisa menjual sampai 400 porsi. Dari pagi sampai malam,”
kata Iqram. Namun, menurut dia, penjualan juga sering melampaui angka tersebut.
Pada 2015 Jokowi singgah
ke kedai mi tersebut tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ketika itu Jokowi dan
timnya sedang melakukan kunjungan kerja ke Aceh. Mendadak, Jokowi bertandang ke
Mie Razali. Kejutan yang menyenangkan tersebut tak ayal membuat Nazar, Iqram,
dan pegawai lainnya bingung. Tiba-tiba saja Jokowi masuk ke warung. ”Kami
terkejut, tiba-tiba datang. Nggak ada kabar sama sekali,” kenang Iqram. Yang
dia ingat, Jokowi datang dengan pengawalan Kapolda Aceh dan timnya.
Tanpa persiapan, Mie
Razali tidak bisa menyambut sang presiden dengan layak. Tapi, mereka langsung
menawarkan menu paling istimewa, yakni mi Aceh dengan topping campuran. Namun,
ternyata Jokowi menolak menu terbaik itu. ”Beliau pesan mi rebus daging,”
ungkap pria berusia 31 tahun tersebut. Waktu itu Jokowi tidak menyebutkan
alasannya memilih topping hanya daging.
Rupanya, Mie Razali varian
rebus dan topping daging tersebut sukses membuat lidah Jokowi bergoyang. Sang
presiden puas. Dan dia mengulang pesanan yang sama dalam lawatan berikutnya.
Hanya, untuk yang kali kedua itu, Jokowi tidak bersantap langsung di kedai Mie
Razali. Tapi membeli untuk dibawa pulang alias takeaway. ”Datang lagi waktu
peresmian waduk,” katanya.
Kedatangan Jokowi, lanjut
Iqram, membawa berkah tersendiri. Kini nama Mie Razali kian dikenal banyak
orang. Bukan hanya warga Aceh, tapi juga dari luar kota. Popularitas itu membuat
Nazar berani berekspansi. Mie Razali pun hadir di luar Banda Aceh. Salah
satunya di Kabupaten Aceh Besar. Di sana warung dikelola keluarga Nazar.
Di Banda Aceh, usaha Mie
Razali juga kian berkembang. Sekarang, selain mi, ada pula menu-menu lain yang
menggugah selera, yakni roti canai dan martabak. Keduanya disajikan sesuai
kekhasan Aceh. Dua menu tersebut bisa menjadi alternatif bagi pengunjung.
Di kedai pusatnya di Banda
Aceh, Mie Razali juga menyediakan berbagai jenis minuman. Mulai yang standar
seperti jus, teh, susu, dan kopi sampai minuman kesukaan warga Aceh. Misalnya
es timun serut, es teler, dan martabe alias campuran markisa dan terong
Belanda. Nah, tinggal menentukan tanggalnya saja nih buat ke Banda Aceh. Agenda
utamanya sudah jelas, bersantap di kedai Mie Razali. Bagaimana? (*/c9/hep)
Jawa Poe edisi 20 April 2022
Comments