Instalasinya dibentuk dari barang bekas yang biasa kita temui di rumah atau gudang. Kardus, sikat gigi, sandal, bongkahan kayu, hingga selimut. Walau berasal dari barang bekas, instalasi karya keduanya akan membetot siapa pun yang melihatnya. Karyanya tak sekadar indah, tetapi juga megah.
Karya dari seniman yang sudah malang melintang di berbagai dunia itu bisa dinikmati masyarakat Indonesia di Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). Pameran berlangsung sejak 24 Juni hingga 8 Oktober mendatang. Pameran bertajuk Somewhere, Elsewhere, Nowhere ini menampilkan instalasi berskala besar, patung, dan seni gambar yang telah dibuat selama lebih dari dua dekade.
Dari karya-karya yang dipamerkan, yang paling megah adalah karya berjudul In-Habit: Project Another Country (Here, There, Everywhere). Yakni, sebuah instalasi kardus berbentuk parabola dengan diameter 4 x 12 x 5 meter. Di permukaannya, terdapat miniatur kota dengan berbagai jenis bangunan, kegiatan, dan dinamikanya. Pengunjung juga bisa menikmati suasana kota dengan memasukkan kepala tepat di tengah karya tersebut.
Asisten Kurator Museum MACAN Aditya Lingga menjelaskan, instalasi In-Habit: Project Another Country (Here, There, Everywhere) memperlihatkan identitas karya Isabel dan Alfredo Aquilizan. Dalam berkarya, keduanya memang berbicara banyak soal cara menemukan identitas hingga sejarah terbentuknya diri melalui perjalanan dan migrasi. Miniatur kota dengan berbagai kegiatannya mencerminkan itu.
”Orang-orang yang hidup di kota bisa berinteraksi satu sama lain dengan berbagai perubahan yang membentuk identitasnya,” ujar Lingga.
Karena itu pula, benda-benda bekas yang sarat dengan aktivitas masyarakat menjadi bahan dalam membuat seni instalasi. Kardus, misalnya, identik dengan perjalanan. ”Kotak kardus bukan hanya tentang kardus, tapi juga tentang memori ketika orang pindahan,” kata Lingga.
Lalu, ada instalasi selimut bekas berjudul Dream Blanket Project. Selimut bukan sebatas kain, tetapi sebagai objek yang individual. Bukan hanya teman tidur, tetapi juga media yang merekam banyak hal saat seseorang rebahan hingga memejamkan mata.
Sementara itu, dalam sambutannya saat membuka pameran, Alfredo Aquilizan sangat antusias dengan pamerannya di Indonesia. Bagi dia, Indonesia memiliki peran dalam perjalanan seninya.
”Kisah kami terinspirasi dari pengalaman bekerja di berbagai tempat dengan beragam komunitas dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia,” jelas Alfredo.
Maklum saja, Alfredo dan istri memang pernah bermukim di Jogjakarta lima tahun lalu. Meski tidak lama, mereka banyak berinteraksi dengan warga Indonesia, khususnya para seniman.
Salah satu karya yang terinspirasi dari momen tersebut berjudul Caged. Itu merupakan instalasi seni berbentuk sayap pesawat berukuran asli yang dibentuk 92 sangkar burung yang disusun layaknya puzzle. Yang menarik, di instalasi tersebut ada suara kicauan burung yang memenuhi ruangan dengan melodi yang harmonis.
”Untuk menciptakan ruang refleksi bagi pengunjung dalam berinteraksi dan berkontemplasi,” terang Alfredo. (far/c14/dra)
Tulisan terbit di Jawa Pos Edisi 8 Juli 2023
Comments