Pada
penghujung tahun 2012 lalu, dunia dikejutkan dengan video berjudul Boiling
water freezes instantly in Siberia yang tersebar di dunia maya. Dalam video
tersebut tampak seorang pria menumpahkan air mendidih ke udara, dan dalam
seketika air tersebut berubah menjadi butiran-butiran es. Dan awal 2013, dunia
kembali dikejutkan dengan membekunya sebagian pantai di Cina. Baik Siberia
maupun Cina, keduanya tengah mengalami suhu udara terendah dalam 30 tahun
terakhir.
Kedua
peristiwa di atas hanyalah segelintir dari sekian banyak fenomena “aneh” yang
dipertotonkan alam dalam satu dasawarsa terakhir. Ya, semakin hari, bumi semakin
massif untuk menunjukan dirinya sudah tidak lagi stabil. Jika dulu kita
mengenal Oktober-April
sebagai musim penghujan dan April-Oktober sebagai musim panas, kini
hujan dan panas tidak mengenal itu, bumi berprilaku semaunya. Meminjam syair Ebit
G.AD, kita boleh berasumsi “Mungkin Alam Mulai Enggan, Bersahabat Dengan
Kita”.
Jika
manusia mau mengakui, fenomena tersebut merupakan sesuatu yang linier, artinya
ada sebab-musabab yang mengakibatkan semua itu terjadi. Secara ringkas, kita
tidak perlu malu untuk mengakui itu sebagai buah akumulasi kecerobohan dan
keserakahan manusia dalam merusak bumi. Penggundulan hutan, pencemaran udara
dan air, hingga eksploitasi tambang yang membabi buta merupakan rutinitas
manusia diseluruh dunia dalam satu abad terakhir.
Tentu
kita tidak menghendaki sesuatu yang lebih buruk kembali menerjang kehidupan
manusia. Rentetan bencana yang datang bertubi-tubi diseluruh dunia, seyogyanya
dijadikan ajang introspeksi bahwa kita perlu merobah cara hidup kita. Tentu
bukan hal yang bertanggung jawab, kala anak cucu kita turut menjadi korban atas
sesuatu yang tidak mereka kerjakan.
Dalam
skala global, tentu para kapitalislah yang berandil besar dalam perusakan bumi.
Tapi akan sangat sia-sia jika kita terus berharap mereka akan mempertanggung
jawabkan perbuatanya. Watak serakah yang dimiliki kapitalis tidak akan pernah
sejalan dengan sesuatu yang disebut tanggung jawab. Mereka hanya bisa
menggelontorkan isu go green, ya sebatas isu yang dalam waktu singkat menguap
di udara.
Sulit
juga jika kita berharap komunitas peduli lingkungan untuk membendung arus kerusakan.
Jumlah mereka yang minoritas tidak sebanding dengan derasnya kerusakan yang
diperbuat mayoritas manusia. Untuk kembali normal, bumi membutuhkan
tangan-tangan kita semua. Sudah saatnya kita turut andil, baik dari sisi
pencegahan maupun perbaikan.
Ada
salah satu konsep Aa Gym yang perlu kita adopsi dalam upaya memperbaiki
lingkupan yakni 3M. Pertama, Mulai dari yang diri sendiri. Islam
mengajarkan kita untuk memulai suatu kebaikan dari diri sendiri. Jadi sebelum
memerintahkan orang berprilaku baik kepada alam, adalah hal yang wajib bagi
kita untuk melakukanya terlebih dahulu. Kedua, mulai dari
yang kecil. Untuk membudayakan sesuatau yang baru, melakukan hal-hal besar
tentu akan menyulitkan. Kita bisa mulai menjaga bumi dengan sesuatu yang kecil,
misalkan meminimalisir penggunaan plastik atau mengurangi penggunaan kendaraan
bermotor. Ketiga, Mulai dari sekarang. Kala alam sudah memberikan
pertanda, menunda bukanlah perilaku bijak. Betapa bodohnya kita, jika masih
menunggu alam untuk berbuat sesuatu yang lebih mengerikan.
Sangatlah
tepat jika 2013 menjadi moment kita merubah pola hidup. Menjaga bumi untuk anak
cucu adalah indikasi generasi yang beradab. Semboyan go green tercipta
bukan untuk diucapkan, tapi untuk dilakukan.
Comments