Timnas
(Tim Nasional) U-23 yang dipersiapkan guna Sea Games Myanmar desember
mendatang tengah dilada persoalan serius. Merujuk pada tiga uji coba terakhir,
skuad asuhan Rahmad Darmawan terlihat kesulitan dalam mencetak gol. Dimana Andik
cs hanya mampu mencetak 2 gol, meski lawan yang dihadapi memiliki level dibawah
mereka, yakni PSS, Persibat dan Timor Leste.
Kesimpulan
awal, timnas U-23 tidak memiliki target man yang ideal! Kecepatan yang
dimiliki Andik Virmansyah, Bayu Gatra, Oktovianus Maniani dan Ferinando Pahabol
di sisi lapangan menjadi tidak sempurna tanpa adanya target man yang
pandai mengkonversi umpan mereka menjadi gol.
Gol
atau memasukan bola ke gawang lawan menjadi sesuatu yang fundamental dalam
sebuah pertandingan sepak bola. Sebaik apapun tim bermain, sehebat apapun
sebuah tim mendominasi pertandingan, tanpa mencetak gol, kemenangan menjadi hal
yang mustahil. Itu artinya, semakin sulit Timnas U-23 mencetak gol, peluang mengakhiri
puasa emas Sea Games selama 23 tahun semakin sulit diwujudkan.
Hingga
kini, timnas U-23 masih menyisakan Sunarto, Fandi Eko Utomo, Aldaier Makatindu,
dan Yandi Sofyan yang diproyeksikan sebagai target man. Posisi asli dua
nama awal bukanlah target man. Adapun Syamsir Alam yang didatangkan dari
DC United dicoret dari skuad. Pemain yang digadang-gadang mampu menjadi calon
mesin gol garuda nyatanya tidak sanggup berbuat banyak. Kondisi sekarang
berbeda dari dua tahun lalu, dimana skuad Sea Games kala itu memiliki
striker haus gol macam Titus Bonai, Patrich Wanggai dan Ferdinand Sinaga.
Batasi
striker asing
Persoalan
minimnya stok penyerang timnas yang haus gol hakikatnya bukanlah persoalan
baru. Regenerasi penyerang masih menjadi hal yang sulit diwujudkan mengingat
kompetisi Indonesia masih dibanjiri striker asing. Nyaris seluruh klub mengisi
kuota pemain asing, dengan posisi striker. Bahkan tidak sedikit klub yang
menduetkan striker asing dan memaksa striker lokal duduk manis dibangku
cadangan.
Bagi
klub sendiri, memilih striker asing merupakan hal yang wajar dan rasional.
Dengan postur yang tinggi besar, striker asing terlihat lebih menjajikan untuk
membobol gawang lawan. Beruntung kita masih memiliki Boaz Salossa yang sanggup
menjadi pembeda ditengah hegemoni striker asing dalam perburuan top skor, baik
itu di IPL maupun ISL dalam 5 tahun terakhir. Lalu siapa yang akan
menggantikan, jika datang masa boaz gantung sepatu?
Wacana
pengurangan kuota pemain asing pada kompetisi musim depan menjadi angin segar.
Itu menjadi kebijakan yang harus dilakukan PSSI dalam kondisi sekarang. Beberapa
pelatih lokal bahkan mendukung wacana ini. Selain memaksa klub selektif dalam
memilih pemain asing, kesempatan pemain lokal untuk unjuk gigi semakin terbuka.
Percayalah, bangsa ini tidak pernah kehabisan talenta pemain handal. Tentu
dengan syarat, mereka perlu diberi ruang. Itu yang dilakukan Indra Syafri
bersama garuda jaya.
Di
era industri sepak bola professional, pembatasan striker asing bagi klub memang
menjadi sesuatu yang aneh. Bahkan jika berkaca pada kompetisi eropa, ini
terlihat lucu. Tapi jika kita berbicara kepentingan sepak bola nasional, tidak
ada yang lebih penting dari majunya sepak bola nasonal itu sendiri.
Idealnya,
kualitas kompetisi harus sama baiknya dengan kualitas tim nasional. Dalam
konteks ini, kita tidak perlu mencontoh Inggris. Inggris memang memiliki Barclays
Premier League (BPL) sebagai kompetisi terbaik sejagat. Tapi itu menjadi
cacat kala melihat kualitas tim nasional inggris yang tidak mampu berbicara banyak
di level dunia, baik itu Euro Cup maupun World Cup. Nyaris semua
pengamat sepak bola sepakat, jika dominasi pemain asing dalam kompetisi BPL
menjadi penyebab utama ketidakseimbangan sepak bola negeri ratu Elizabeth
tersebut.
Kita
tentu menghendaki jika kompetisi sepak bola Indonesia menjadi sebuah industri
sepak bola professional. Tapi kita pun merindukan tim nasional yang
berprestasi. Karena saat ini, prestasi sepak bola bukan hanya gengsi nama bangsa,
tapi soal alat pemersatu bangsa. Tentu kita masih merasakan, begitu besarnya
jiwa nasionalisme yang tumbuh di penjuru negeri kala garuda jaya merebut trofi
AFF U-19 dan tiket AFC U-19.
Comments