Skip to main content

Dimas Indiana, Inisiator Berbagai Komunitas Literasi dan Budaya





Budaya dan anak muda. Dua entitas yang kerap kali dianggap tidak relevan untuk disandingkan. Anak muda yang identik dengan teknologi kekinian, dinilai bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya yang berbicara masa lalu.

Namun, persoalan tersebut dapat dipadankan secara ciamik oleh Dimas Indiana atau akrab dikenal dengan nama pena Dimas Indiana Senja. Seorang sastratwan muda kelahiran Brebes 20 Desember 1990.

Dalam beberapa tahun terakhir, Dimas  banyak membentuk komunitas sastra dan budaya dengan menggaet para anak muda. Seperti Pondok pena di purwokerto, Komunitas Slayaban dan Bumiayu Creative City Forum (BCCF) di Brebes, dan Rumah Penyu di Cilacap.

Secara akademik, Dimas sejatinya seorang ahli ilmu agama. Sejak pendidikan sarjana hingga doktoralnya, dia mengambil ilmu-ilmu islamic studies. Namun, darah seninya dan budaya sudah lahir sejak kecil tak bisa disangkal. “Saya suka melukis, suka sastra,” ujarnya kepada Jawa Pos.

Pada satu titik, dia juga menemukan keterkaitan antara agama dan budaya. Sebagaimana yang dilakukan para pendakwah terdahulu, budaya bisa menjadi jalan untuk menebar kebaikan secara inklusif. “Saya tertarik pendekatan agama yang tidak mengaleniasi,” tuturnya.

Selain itu, kiprahnya di dunia komunitas berangkat dari kegelisahan yang datang dari puisi seorang WS Rendra. Dalam puisi berjudul Sajak Seonggok Jagung, Rendra menyentil para pemuda yang banyak belajar banyak ilmu, namun tidak dapat berbuat banyak untuk sekitarnya.

“Rendra bilang apa gunanya belajar filsafat, kedokteran atau apapun ketika pulang merasa asing dan sepi. Saya harus berbuat sesuatu yang kontribusi,” ujar Dosen IAIN Purwokerto itu.

Kegelisahan itu, kemudian dia tuangkan pertama kali dalam bentuk Pondok Pena. Sebuah komunitas sastra dan teater yang dibangun di pesantren An Najah Purwokerto pada 2010. “Dulu teater identik sama kampus saya mau gugurkan itu. Makanya agak baru juga teater di santri,” imbuhnya.

Intensitasnya di dunia komunitas kian dalam usai Dimas membentuk Bumiayu Creative City Forum (BCCF) di tanah kelahirannya pada 2016. bekalangan, BCCFsukses menggelar festival budaya skala besar di tahun 2020. Di mana berbagai kegiatan seni dan budaya yang digarap seratusan anak-anak muda di Brebes itu dipamerkan kepada masyarakat luas.

“Untuk mewadahi itu semua kita adakan BCCF. Mulai 2020 rame sekali,” terangnya.

Selain kegiatan seni yang familiar, belakangan Dimas juga banyak melakukan kegiatan budaya yang lebih “mendalam”. Misalnya di Komunitas Slayaban yang dia gagas bisa menggelar napak tilas sejarah Bumi Ayu dengan mempelajari temuan candi dan artefak lainnya. Kemudian kegiatan Kaligua Culture festival yang menggali tradisi prkebunan teh di brebes hingga Jalawastu Youth Camp yang mengenalkan dengan komunitas masyarakat adat di brebes.

“Ini budaya lokal banget saya coba kenalkan ke anak muda,” jelasnya. Paling tidak, lanjut Dimas, generasi muda bisa mengenal asal muasa wilayahnya.

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, Dimas juga banyak terlibat dalam pelestarian budaya keris di Banyumas bersama para anak-anak muda. Termasuk membuat film dokumenter yang memotret budaya keris di Banyumas.

“Di Banyumas ada kehidupan perkerisan, tapi sekitar 150 tahun berhenti. Sekarang baru ada Empu Muda,” jelasnya. Bersama para pemuda di Banyumas, Dimas kerap mengikuti jamasan keris.

Lantas, bagaimana cara mengajak minat anak muda? Dimas mengakui, hal itu memang menjadi tantangan tersendiri. Sebab, tidak semua anak muda mau tergabung dalam komunitas untuk konsen di urusan budaya. Namun, pria berusia 30 tahun itu mengaku punya cara tersendiri.

Baginya, mengajak orang untuk suka budaya tidak bida dengan menyuruh atau memaksa. Melainkan harus dengan pendekatan personal. “Saya pake konsep nabi. Memberi uswatun khasanah,” kata dia.

Dalam kasus tertentu, Dimas juga harus memberikan penjelasan agar diterima oleh anak muda. Untuk tradisi jamasan keris misalnya, anak muda harus dibekali filosofinya. “Keris bukan hanya mistis, ini seni falsafat, kriya, sastra. Jamasan keris bukan mistis, itu membersihkan peninggalan,” kata dia mencontohkan.

Meski tidak mudah, Dimas optimis masih banyak anak-anak muda di Indonesia khususnya di wilayah Brebes dan Banyumas yang mau meruwat budaya. Hanya saja, perlu terus diberikan pendampingan untuk mengantisipasi semangat yang kerap fluktiatif. “Tinggal gimana kita merespon, merangkul, kasih edukasi,” pungkasnya. (far)


Tulisan ini terbit di Harian Jawa Pos edisi 28 Oktober 2021 pada edisi sumpah pemuda

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.