Turunya Surat Edaran Nomor 645/57/SE/2012 yang dikeluarkan Walikota Jogja mengenai ditiadakanya
hari Car Free Day merupakan sebuah kemunduran bagi Kota Jogja. Diantara
lima poin tersebut, yang paling disesalkan adalah adanya poin pertama yang
menyebutkan bahwa sego segawe pada hari jumat ditiadakan.
Selain sebagai alat transportasi pengurai
kemacetan dan non-polusi, sepeda merupakan salah satu icon dari Kota Jogja. Jadi,
jika program sego segawe ditiadakan, maka itu adalah bentuk kebijakan
yang membunuh nilai budaya. Mimpi kita untuk melihat jalanan kota jogja yang
nyaman, bersih dan penuh dengan kearifan lokal, tampaknya akan menjadi khayalan
yang tidak pernah menjadi nyata.
Kawasan balaikota bukanlah wilayah yang
mustahil dilalui sepeda. Jika alasan pemkot menurunkan kebijakan tersebut untuk
memudahkan akses pegawai dan tamu memasuki wilayah balaikota, maka itu adalah
bentuk penyelesaian masalah dengan masalah. Pendekatan dengan mengutamakan
realitas dan menjauhi idealitas merupakan penyakit yang harus segera di obati.
Selain itu, kebijakan ini juga mencerminkan
mental pemerintah kita yang ingin serba praktis dan tidak mau repot. Coba kita
bayangkan, hanya sehari dalam seminggu saja tidak mampu untuk melakukanya.
Padahal banyak masyarakat yang setiap saat mengayuh sepeda hanya ingin melihat
jogja seperti dulu kala. Lalu, apakah anjuran bersepeda hanya berlaku untuk
masyarakat saja? Agar mobil-mobil mewah pejabat bisa melintas dengan nyaman.
Secara kasat mata, hilangnya program sego
segawe di kalangan pegawai pemkot tidak memberikan dampak yang besar bagi
lalu lintas. Tapi secara substansi kebijakan ini akan memberikan dampak psikologis
yang negatif di masyarakat. Setiap perilaku baik yang dilakukan pemimpin, akan
memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat. Tanpa diminta, mereka akan
melakukanya dengan penuh kesadaran. Begitupun sebaliknya, jika pemimpin tidak
memberikan contoh yang baik, masyarakat pun akan semakin enggan untuk
melaksanakanya.
Sebelum segala macam keburukan terjadi, ada
baiknya pemkot meninjau ulang atau bahkan membatalkanya. Dipandang dari sudut
manapun, itu adalah kebijakan itu keliru. Sebagai langkah solutifnya, tampaknya
pemkot jogja perlu sedikit belajar kapada UGM dalam membudayakan program sego
segawe di lingkunganya.
Dengan bersepeda lalu lintas
menjadi lancar, udara menjadi sejuk dan badan menjadi sehat. Dan untuk
mencapai keidealan tersebut memang diperlukan
banyak pengorbanan. Dan pengorbanan bisa di minimalisir jika di kelola dengan
baik serta dibarengi dengan tekad yang kuat.
Comments