“Kemenangan Rakyat”, itulah kata yang pantas untuk
menggambarkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dalam perebutan kursi gubernur
DKI. Pasangan inkumben Foke-Nara yang di dukung Koalisi besar(Partai Demokrat,
PAN, PKB, PMB, PKS, Hanura, PPP, Golkar dll) yang diprediksi akan menang mudah
ternyata di buat “KO” dalam 2 kali putaran. Dan yang harus digaris bawahi,
kemenangan jokowi bukan karena partai penyokongnya(PDIP dan Gerindra), tapi
figur jokowi sebagai pemimpin ideal lah yang membuatnya menjadi tokoh pujaan
masyarakat. Partai politik(parpol) yang sebelumnya di anggap sebagai kendaraan
paling menjanjikan untuk merebut kursi kekuasaan, kini terlihat bak mobil tanpa
roda yang mulai ditinggalkan penumpangnya.
Seperti kita ketahui, 14 tahun sudah bangsa
indonesia melakukan pemilihan langsung(tanpa hegemoni orba). Selama itu juga
puluhan partai politik berkecimpung berebut suara rakyat. Tapi selama 14 tahun
berlalu, yang masyarakat rasakan hanyalah penghianatan atas janji parpol saat
kampanye. Banyak terbongkarnya perilaku KKN yang menyeret oknum-oknum parpol
semakin memperburuk citra parpol di mata masyarakat. Dan tumbangnya koalisi
besar dalam DKI 1 jelas mengindikasikan bahwa masyarakat mulai tersadar, jika
selama ini parpol hanya menjadikanya sebagai komoditas suara dalam setiap momen
5 tahunan(pemilu). Atau dalam sebuah peribahasa dikatakan “Habis manis sepah
di buang”, sebuah sikap pragmatis yang menjijikan.
Jika kita merefleksi dari kondisi tersebut,
sangat wajar jika jokowi yang terpilih menjadi pemenang. Kegagalan pemerintah
membangun masyarakat yang maju menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan bagi
setiap insan akan keberlangsungan masa depanya. Dan dalam kondisi demikian,
yang dibutuhkan masyarakat adalah sosok atau figur yang mampu mendengar secara
langsung kegelisahan mereka, dan itu ada dalam diri seorang jokowi. Sudah
saatnya para pemimpin kita menanggalkan sikap arogansi mereka, dan tunjukan
pribadi yang humanis kepada masyarakat dalam keseharian, bukan hanya menjelang
pemilu semata.
Kemenangan jokowi meninggalkan sinyal bahaya
yang meraung-raung begitu menggema di markas parpol. Kecerdasan politik
masyarakat yang semakin matang memaksa parpol untuk segera membenahi diri.
Money politic dan nama besar parpol sudah tidak mampu lagi membeli suara
rakyat, karena yang rakyat nilai saat ini adalah apa yang sudah dilakukanya
selama ini? Untuk kembali merebut hati rakyat, sudah saatnya parpol
berlomba-lomba untuk terjun ke masyarakat secara konsisten mendengar keluh
kesah masyarakat.
Comments