Berita
ini berisi tentang peristiwa kebakaran yang terjadi di Gedung Utama Sekretariat
Negara pada kamis(21/3) lalu. Judul yang diberikan kompas pada berita ini
“Sirine Alarm Tak Berbunyi”. Dari judul tersebut, sangat jelas jika KOMPAS berusaha menggulirkan wacana yang
berbau kecurigaan. Karena secara kaidah jurnalistik, judul tersebut tidak
merepresentasikan peristiwa secara general, tapi seolah ingin menonjolkan satu
sisi dari peristiwa tersebut. Ini yang dikatakan Fowler tentang kosa kata sebagai
pertarungan wacana.
Dalam
paragraf ke enam, kalimat terakhir dikatakan demikian “Kepala Polda Metro Jaya
Inspektur Jendral Putut Eko Bayu Seno di lokasi menyatakan, 30 polisi
diperbantukan”. Kata “diperbantukan” sebagai bentuk klasifikasi kosakata sebagaimana
yang dikatakan Fowler. Kapolda menggunakan diksi tersebut guna menaikan citra
polisi. Mungkin akan berbeda makna jika kata yang digunakan adalah “menjalankan
tugas untuk mengamakan peristiwa”
Di
awal paragraf ke tiga disebutkan ”oleh 35 unit pemadam kebakaran, api
dijinakkan…”. Pemilihan kata “dijinakkan” tentu memiliki pandangan atau
kekuatan lain dengan kata “dipadamkan”. Pemilihan kata dijinakkan dipilih sebagai
upaya untuk mengapresiasi kinerja pemadam kebakaran setelah dalam paragraf
sebelumnya dikatakan bahwa pegawai dan petugas keamanan tidak mampu melakukan
hal tersebut. Mungkin ini yang dimaksud Fowler tentang kosakata sebagai bentuk
membatasi pandangan.
Sememtara
contoh bentuk kalimat transitif yang
dimaksud Fowler ada pada paragraf enam kalimat pertama .”… Pasukan Pengaman
Presiden memperketat penjagaan Istana Negara …”. Kata “memperketat” merupakan
bentuk kata kerja, dimana menunjukan suatu tindakan yang ditunjukan oleh objek.
Adapun
model analisis intransitif dan reasional, sejauh pengelihatan penulis
tidak tertera dalam berita ini.
Comments