Skip to main content

Demokrasi Kebablasan, Kedamaian Masyarakat Terusik


Saat ini, perilaku anarkis bisa dilakukan oleh siapapun. Kekerasan tidak lagi identik dengan tingkat pendidikan ataupun ekonomi yang rendah, orang kaya dan berpendidikan pun kerap melakukanya. Bahkan aparat yang seharusnya memberikan keamanan, ada kalanya menjadi dalang dari kekerasan. Masyarakatpun kehilangan tempat berlindung, wajar jika masyarakat semakin gelisah akan keselamatanya.
Kalau kita mengamati, perilaku atau fenomena demikian lahir dan menjamur pasca meletusnya reformasi. Dibalik sikap otoriter Soeharto, terciptanya stabilitas nasional yang bermuara pada keamanan negara menjadi sisi positif rezim orde baru. Kini, setelah 32 tahun hidup dalam kekangan Seoharto, masyarakat merasakan manisnya kebebasan. Demokrasi kerap kali dianggap lembaran kosong, akibatnya orang suka berbuat semaunya. Tidak sedikit yang berujung pada anarkisme yang meresahkan. Sebuah euforia yang terkadang berlebihan, untuk tidak mengatakan kebablasan. Padahal demokrasi adalah lembaran penuh aturan yang mengharuskan kita menghormati hak orang lain, tak terkecuali hak untuk hidup dengan damai.

Disisi lain pemerintah tidak mampu mengkontrol euforia kebablasan yang tumbuh di masyarakat. Kondisi diparah dengan kedudukan hukum yang semakin jauh dari rasa keadilan. Hakikatnya melindungi masyarakat adalah tugas fundamental sebuah Negara, terlebih UUD 45 telah mengamanatkan hal tersebut. Keresahan yang melanda masyarakat mengindikasi Negara ini telah gagal menjalankan tugasnya. Jika kondisi tidak segera berubah, keberlangsungan NKRI ke depan akan sangat terancam.
Ke depanya pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas perihal tindakan anarkis yang meresahkan. Disamping memperbaiki kinerja aparat keamanan dan penegak hukum di negeri ini. Selain itu, Presiden dituntut untuk tegas dalam menyikapi setiap letupan anarkisme yang terjadi di masyarakat, karena Presiden memiliki hak prerogatif untuk itu. Presiden jangan hanya menghimbau, karena tugas pemerintah adalah memerintah, bukan menghimbau.
Dan yang tidak kalah penting, seluruh stekholder agamawan dan pendidikan dituntut untuk memberikan stimulus yang tidak hanya mencerdaskan masyarakat secara intelektual, tapi moral dan spiritual. Jika semua komponen masyarakat dan pemerintah mau berkomitmen untuk menjalankan perannya dengan baik, kedamaian bukanlah hal yang sulit untuk diwujudkan. Masrarakat pun akan merasa aman.

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.