Skip to main content

Mengembalikan Peran Masjid Sebagai Pusat Peradaban

lpmarena.com, Pendikotomian agama dengan berbagai persoalan masyarakat menjadikan masjid semakin eksklusif. Ada kesan jika masjid hanyalah tempat untuk orang beribadah. Padahal di era Rasulullah,masjid menjadi poros umat muslim dalam membicarakan keilmuan dan memusyawarahkan berbagai persoalan, baik sosial maupun keagamaan.

Fenomena inilah yang menjadi landasan Takmir Masjid UIN Sunan Kalijaga menggelar “Lesehan Ramadhan”, sebagai salah satu rangkaian acara menyambut datangnya bulan Ramadhan. Acara ini akan digelar setiap menjelang buka puasa, dari tanggal 29 Juni hingga 15 Juli 2014. Dalam Lesehan Ramadhan ini, berbagai persoalan kebangsaan dan keagamaan akan dikupas. Bahwa agama harus kembali turun serta dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan.
“Kita kembalikan ke masjid, kita musyawarahkan bersama-sama (bagaimana menyelesaikan berbagai persoalan-red),” ungkap Zamhari, ketua Takmir Masjid UIN Suka.

Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menyatukan berbagai organisasi dan pemikiran dalam satu wadah. Sebagaimana yang diutarakan Zamhari, Masjid UIN Suka berusaha untuk memfasilitasi, sekaligus memoderatori pemikiran dan cara pandang yang beragam tersebut.
“Misalnya kita mengundang HTI, KAMMI dan GMNI untuk ngisi (menjadi pembicara-red), lalu PMII, HMI, IMM. Dan tahun ini lembaga pers mahasiswa juga,” ujar pemuda yang juga mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam semester VI tersebut.


Zamhari juga menambahkan, acara ini juga merupakan bentuk implementasi dari nilai-nilai yang dipegang masjid UIN Suka, yakni Inklusif, Locality, Modernity dan  Islamicity(Folly Akbar)

Berita ini dimuat lpmarena.com edisi 29 Juni 2014

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.