Skip to main content

Lu bu ad-dakwah islamiyah


Bab I
Pendahuluan

Lu bu ad dakwah, atau dalam bahasa indonesia diartikan sebagai materi dakwah adalah salah satu unsur penting dalam sebuah aktivitas dakwah selain subjek, objek, tujuan, metode dan media. Bahkan dalam situasi tertentu, keberhasilan dakwah sangat bergantung dari materi yang disampaikan dai.
Dakwah dalam arti luas tidak cukup jika hanya diartikan sebagai sebuah seruan ataupun ajakan. Karena dalam berdakwah ada banyak hal yang perlu disampaikan seorang dai kepada mad’u. Hal itulah yang dinamakan materi dakwah. Atau secara detailnya, materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah.
Secara prinsip, pada hakikatnya materi dakwah Islam sangat tergantung pada tujuan dakwah yang akan dicapai. Namun jika kita klasifikasikan, maka sumber materi dakwah Islam adalah Al-Quran dan As-sunnah. Al-Quran sebagai sumber utamanya, sedangkan hadis sebagai sumber kedua yang mana berfungsi sebagai penguat dan penjelas ayat Al-Quran yang bersifat global.

Namun jika kita kaji lebih dalam lagi intisari dari Al-Quran maupun Hadis hanya berisi tiga pokok pembahasan yakni Akidah, Syariat(Fikih) dan Akhlak. Ketiganya merupakan pondasi utama agama Islam. Jika Akidah berbicara mengenai keyakinan seorang muslim, lalu Syariat berbicara ibadah, adapun Akhlak berbicara mengenai tata cara berprilaku dan bergaul.
Ketiga pokok hal tersebutlah yang lazim digunakan sebagai materi dakwah. Karena fungsi ketiga hal tersebut sangatlah penting bagi perkembangan Islam kedepan, maka dalam prosesnya harus selalu direvitalisasi. Dan disinilah tugas utama seorang dai. Untuk lebih jelasnya, maka penjelasan mengenai materi-materi dakwah akan diuraikan secara terinci pada bab pembahasan agar memudahkan untuk anda fahami.
Bab II
Pembahasan

A.                Lu bu Ad-dakwah(Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul Nya, yang pada pokoknya mengangung 3(tiga) prinsip, yaitu Akidah, Syariat dan Akhlak.

1.      Akidah
Adapun kepercayaan adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala manusia untuk dipercayai dengan satu keimanan yang tidak boleh dicampuri keraguan-keraguan dan syak wasangka[1].
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amaliyah seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amaliyah tersebut. Konon perbuatan baik seseorang akan menjadi sia-sia selama seseorang tersebut tidak memiliki Akidah yang baik. Disini kita bisa membayangkan pentingnya pemahaman tentang Akidah.
 Akidah sebagai satu pola dari kepercayaan melahirkan bentuk keimanan dan sebagai titik pusatnya adalah tauhid. Keimanan telah ditentukan rukun-rukunya di dalam agama, sebagaimana terdapat di dalam sebuah hadis yang mengatakan:

قال : الا يمان ان تؤ من بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاخروتؤمن بالقدرخيره وشره(رواه مسلم)


Artinya:
Nabi bersabda : iman itu hendaklah beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Malaikat Nya, Kitab-Kitab Nya, Rasul-Rasul Nya, hari kiamat dan beriman kepada takdir baik dan buruk(H.R Muslim)
Dari hadis inilah lahir arkanul iman yang akrab disebut Rukun Iman yang enam(6) yakni:
1)      Beriman kepada Allah swt
2)      Beriman kepada malaikat-malaikat Allah.
3)      Beriman kepada kitab-kitab Allah.
4)      Berima kepada Rasul-Rasul Allah.
5)      Beriman kepada hari kiamat.
6)      Beriman kepada qodo dan qodar

Pembahasan mengenai Akidah tidak sekedar tertuju pada masalah-masalah yang wajib di imani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawanya misalnya syirik, mengingkari Allah dan sebagainya.
Penanaman Akidah benar-benar menjadi fokus utama Muhammad dimasa awal lahirnya Islam. Ini dibuktikan dengan catatan sejarah yang mengatakan bahwa hampir separoh dari missi nabi Muhammad saw dipergunakan untuk mengajarkan tauhid Islam yakni ”laila haillAllah” dan dosa terbesar adalah musyrik kepada Allah.
Penyampaian materi dakwah mengenai tauhid Islam(Akidah) sangat penting untuk dilakukan, terutama bagi pemula. Pertentangan mengenai Akidah ditengah umat Islam relatif lebih minim dibanding pertentangan terkait masalah Fikih. Maka akan sangat berbahaya bagi dai pemula untuk menyampaikan materi Fikih jika ilmu yang dimiliki belum terlalu banyak.
Pembahasan mengenai Akidah adalah materi dakwah yang tidak akan pernah habis. Dengan segala kemampuan dan kemahiran dai, maka tauhid Islam dapat dilihat dari semua sudut. Untuk mencari Dalil mengenai Akidah pun tidak sulit, karena sebagian isi Al-Quran dan Hadis berbicara mengenai Akidah, terkhusus di era pra hijrah Rasulullah.
Tidak hanya itu, di era modern penjelasan secara ilmiah menjadi hal yang perlu diberikan khususnya kepada audience yang educated. Kemurnian tauhid perlu ditegakkan dimana-mana, baik dikalangan bawah, kalangan atas hingga golongan ekstrim kiri sekalipun. Oleh sebab itu, keberhasilan dakwah dalam hal ini akan sangat bergantung dari kemahiran dai, terutama dalam memilih materinya. perlu ketepatan dalam mempersiapkan materi sehingga esensi dakwah mampu mengena di semua pihak.

2.      Syariat
Syariat dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan mengatur pergaulan hidup sesama manusia[2].
Berarti bahwa Syariat menyangkut masalah amaliyah dari setiap muslim yang ditentukan oleh adanya perintah dan larangan Allah yang menyangkut semua aspek, baik bidang khusus yaitu hubungan dengan Allah swt, maupun ibadah umum yaitu hubungan dengan sesama manusia.
Itulah inti dari Syariat agama Islam yang sebenarnya adalah ibadah, hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran:

وماجلقت الجن والانس الاليعبدون (الذاريات)
Artinya:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariat ayat 56)

Pasca meninggalnya Rasulullah, pertentangan mengenai masalah Fikih menjadi hal yang banyak ditemukan dalam keseharian. Perbedaaan dalam mentafsirkan sebuah ayat kerap berakhir dengan permusuhan. Dan masalah menjadi semakin besar jika ditambah dengan adanya klaim membenarkan pendapat pribadi mengakibatkan konflik dalam intern umat Islam semakin panas.
 Tentu ini bukan hal yang sehat untuk perkembangan umat Islam kedepan. Dalam lautan kegelapan ini, sosok dai yang moderat menjadi perlu. Dai yang mampu menjadi pencerah, bukan memperkeruh situasi dengan fanatisme kelompoknya.
 Penyampaian dakwah mengenai Fikih diharapkan tidak hanya menggunakan satu perspektif, melainkan memberikan berbagai perspektif yang berbeda. Dalam hal ini dibutuhkan dai yang sudah professional. Dengan demikian umat akan mengetahui akar dari apa yang didebatkan selama ini, terkait mana yang umat pilih itu menjadi hak dari objek dakwah seorang dai. Toh selama perbedaan tidak menyangkut masalah ushuludin, maka perbedaan itu merupakan hal yang wajar dan melambangkan rahmat.
Dewasa ini, perkembangan hukum fikih terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk mensiasatinya, Materi yang pernah ditradisikan seperti dalam buku-buku fikih, kiranya perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan masyarakat yang hidup. Ini tidak berarti bahwa buku-buku harus ditinggalkan, sama sekali tidak. Buku-buku tersebut dapat menjadi referansi da’i, namun harus di ingatperkembangan yang telah terjadi dalam masyarakat dewasa ini. Selain buku tersebut perlu penyesuaian juga mungkin perbaikan dan pembaharuan.

3.      Akhlak
Akhlak adalah tata cara(tata krama) bagaimana seseorang itu melakukan hubungan dengan tuhan yang maha mencipta(khaliq) dan melakuka hubunganya dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan pokok/esensi ajaran Islam pula, karena dengan Akhlak terbinalah mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan Akhlak ini pula nantinya dapat dilihat tentang corak dan hakikat manusia yang sebenarnya[3].
Nabi bersabda:
انمابعشت لاتمم مكارمالاخلاق(رواه احمدوالبيحقى)
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan Akhlak yang mulia” (H.R Ahmad dan Baihaqi)

Masalah Akhlak dalam aktivitas dakwah(sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungs sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibadingkan dengan masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman.
Ajaran Akhlak seolah tidak ada habis-habisnya menjadi kejaran manusia di segala zaman dan tempat, Islam memberikan ajaran ajaran yang cukup luas, mulai dari Akhlak perorangan, bermasyarakat, bernegara dan bergaul dengan siapa saja. Tingkah laku Islam inilah yang mungkin “sumbangan Islam” yang terbesar bagi umat manusia. hampir dua pertiga isi Al-Quran  dan hadis berisikan Akhlak.
Bahkan dunia modern perlu banyak belajar dari Akhlak ajaran Islam ini. Oleh karena itu, sebagai sumber ajaran , maka Akhlak islam tidak akan pernah kehabisan materi. Dan ini menjadi salah satu materi dakwah yang penting untuk terus disampaikan.
Demikianlah materi dakwah yang berisikan keseluruhan ajaran Islam yang mencakup semua aspek/ dimensi kehidupan manusia lahir, batin, akhirat, dan mencakup semua bentuk komunikasi vertikal maupun horizontal.


B.           Hubungan Subjek dengan Materi Dakwah
Dalam penyampaianya, keberhasilan dakwah tidak hanya bergantung dari isi materi, melainkan juga bergantung pada cara dai menyampaikan materi tersebut. oleh karenanya ada beberapa catatan penting yang harus diperhatikan oleh seorang dai(subjek) dalam menyampaikan materi dakwah antara lain:
1.            Sebagai subjek(dai) hendaklah mengetahui dan menghayati materi yang akan disampaikan secara benar dan baik, karena hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap benar atau tidaknya pengetahuan dan penghayatan orang lain terhadap ajaran agama.
2.            Meyakini lebih dahulu akan kebenaran ajaran agama tersebut, karena dai akan menanamkan keyakinan pula terhadap orang lain, kalau dia(dai) belum yakin, dia akan semakin sulit meyakinkan orang lain.
3.            Untuk mengetahui dan menghayati agama dengan benar dan baik, begitu pula untuk meyakini kebenaran agama diperlukan adanya ilmu penunjang yang cukup banyak seperti pengetahuan tentang bahasa arab, karena literatur Islam banyak yang berbahasa arab. Begitu pula untuk memahami Al-Quran dan As-sunnah diperlukan pengetahua bahasa arab tersebut dengan semua cabang-cabangnya. Misalnya, ilmu tafsir, ilmu mustholah hadis, ilmu ushul dan ilmu lainya yang berkaitan dengan agama.
4.            Sebagai subjek(dai) perlu menyesuaikan antara materi yang diberikan dengan objek dakwah segala aspeknya, sehingga apa yang perlu diberikan, seberapa banyak pemberian materi tersebut dan apakah sudah waktunya diberikan dan seterusnya.
5.            Subjek dakwah perlu memberikan contoh dan teladan di dalam melaksanakan ajaran agama, dan perlu dimulai dari dirinya sendiri. Karena hal tersebut sangat penting dalam rangka mewujudkan kewibawaan seorang dai.


Bab III
Kesimpulan

Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh subjek kepada objek dakwah. Pada prinsipnya, apa yang akan disampaikan oleh seorang dai sangat bergantung dari tujuan dakwah dan kondisi objek dakwah.
Namun jika kita klasifikasidan secara ontologi, maka sumber dakwah Islam adalah Al-Quran dan As-sunnah. Al-Quran sebagai inti dari sumber hukum dan hadis sebagai penguat dan penjelas keglobalan Al-Quran. dan jika kita klasifikasikan lebih jauh lagi, maka ada tiga(3) hal pokok yang merupakan inti dari Al-Quran hadis yang menjadi pilar inti dari ajaran  Islam antara lain:
1.      Akidah
2.      Syariat/fikih
3.      Akhlak.
Mengingat ketiga hal tersebut merupakan pondasi ajaran Islam, maka dalam prosesnya harus selalu direvitalisasi untuk mencegah bagian-bagian yang telah rapuh. Dan itu merupakan tugas utama dari seorang dai. Dan ketiga hal tersebut yang menjadi bahasan utama dalam materi dakwah.
Diluar materialnya, cara penyampaian materi adalah fase yang penting. Sehingga  banyak hal yang perlu diperhatikan oleh seorang dai mulai dari menghayati dan meyakini kebenaran materi hingga menyesuaikan materi dengan objek yang akan di berikan dakwah. Tidak hanya itu, memberikan tauladan adalah kewajiban seorang dai.




Daftar pustaka
Syukir,Asmuni.1983.Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Hafi Anshari, H.M.Drs.1993.Pemahaman Dan Pengembangan Dakwah. Surabaya: Al-ikhlas.
Syafaat Habib,M.1982.Buku Pedoman Dakwah. Jakarta:Widjaya


[1] Drs. H.M Hafi Anshari,Pemahaman Dan Pengembangan Dakwah,(Surabaya:Al-ikhlas:1993), hlm. 147
[2] Asmuni syukir, dasar-dasar strategi dakwah Islam(surabaya:al-ikhlas:1983) hlm.61
[3] Op.cit hlm. 153.

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.