Skip to main content

KKN Bukan Formalitas

OLEH : FOLLY AKBAR
Selain untuk memenuhi tridarma pendidikan, gelar mahasiswa sebagai agent of change memaksanya untuk berperan dalam dinamika sosial. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi dua tuntutan tersebut adalah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata(KKN).
Jika melihat sejarah dimana pergerakan mahasiswa masih begitu aktif, mungkin dulu KKN merupakan hal yang biasa, karena hampir setiap saat, waktu yang dimiliki mahasiswa dihabiskan untuk menyelesaikan masalah sosial. Tapi ditengah kondisi pergerakan mahasiswa yang sudah tidak masiv, bahkan cenderung apatis, KKN bisa dikatakan sebagai satu-satunya media yang digunakan untuk menjaga konsistensi mahasiswa dalam peranan sosialnya. Jadi pelaksanaan KKN harus mampu dimaksimalkan dengan baik.
Tapi realitanya, saat ini mayoritas mahasiswa melakukan KKN secara formalitas sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan S1. Bahkan rasa keterpaksaan dan keluh kesah kerap terdengar dari mulut mahasiswa. Akibat keterpaksaan itulah, konsep yang direncanakan dalam upaya membangun desa tidak matang, bahkan cenderung asal-asalan. Akibatnya dalam pelaksanaan kerap kali tidak memberikan dampak besar bagi masyarakat, bahkan berbalik dari  tujuan awalnya. Karena sangat sulit melakukan sesuatu yang bukan karena kesadaran hati melainkan karena tuntutan.
Melihat realitas diatas, memang amat disayangkan jika kegiatan yang dilakukan dengan uang dan waktu yang tidak sedikit, justru tidak mampu meraup hasil yang maksimal. Karenanya diperlukan langkah-langkah yang kiranya mampu memperbaiki semua.
Dari pemaparan diatas, yang menjadi kendala utama adalah minimnya kesadaran mahasiswa akan kewajibanya mengabdi ke masyarakat. Ditengah kondisi mahasiswa yang terjebak dalam budaya modern, menumbuhkan kepekaan sosial di antara maereka tidaklah mudah. Tapi sebenarnya hal itu bisa di atasi dengan mengkaloborasikan konsep KKN dengan hal-hal yang sifatnya praktis, menarik dan inovatif.
Misalnya, salah satu agenda Menkominfo adalah mengenalkan masyarakat pelosok dengan layanan internet. Kemendiknas bisa saja menggaet Kemenkominfo untuk bekerjasama dalam pengadaan layanan internet di pelosok. Jadi nantinya Kemenkominfo hanya menyediakan perlengkapan internet, tapi yang mengerjakan adalah mahasiswa KKN dari jurusan Teknik Informatika.
Jika Kemendiknas dan kampus mampu menawarkan sesuatu yang baru, bukan hal yang mustahil kegiatan KKN benar-benar mampu membangun desa di tengah ketidakmampuan pemerintah membangun pelosok desa.

Comments

Popular posts from this blog

Menyiapkan Ikan Arwana untuk Kontes Ala Iseereds Jakarta

Bibit Ikan Arwana Iseereds Jakarta foto Fedrik/Jawa Pos Setiap kontestasi selalu menuntut lebih untuk menjadi yang terbaik. Pun sama halnya dengan arwana super-red. Mempersiapkan mereka agar siap ”diadu” membutuhkan atensi, waktu, dan modal jauh lebih besar daripada untuk sekadar pajangan. --- ADA serangkaian proses dan tahapan yang wajib dilalui dalam menyiapkan arwana kontes. Karena sifatnya wajib, satu proses saja yang tidak maksimal hampir dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Pendiri Iseereds Jakarta Michael Leonard memaparkan, proses melahirkan arwana super-red jempolan bahkan harus dimulai sejak pemilihan bibit. Biasanya, para pemburu mencari bibit dengan anatomi bagus dan seunik mungkin. Misalnya, kepala dengan kontur sendok yang sempurna. Kemudian sirip dayung yang panjang hingga ekor besar yang memunculkan aura gagah. ”Masalahnya, hunting ikan dengan anatomi bagus itu nggak gampang. Karena orang sudah rebutan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Sunter, Jakarta Utara,

Hadits-hadits Dakwah

  Kewajiban Dakwah 1)       مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya” 2)       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . ( وراه صحيح مسلم) Rasulullah pernah bersabda: “ Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman ” HUKUM BERDAKWAH 1)       اَنْفِذْ عَلَى رَسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ اُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُمْ بـِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ فَوَاللهِ لِأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ )  (رواه البخارى) “Aj

Ayat dan Hadits Tentang Komunikasi Efektif

Bab I Pendahuluan Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).  Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.